Catatan Syamsul Azwar: Senandung Lara Bumi Pertiwi

Senandung Lara Bumi Pertiwi

Catatan Syamsul Azwar

Tatapan kian samar, ketika kaki manapak lorong lorong sunyi. Hati lirih saat bumi menangis. Siang menyepi diselimuti gelisah menggantung ASA. Kala Bumi pertiwi dalam duka lara. Ketika Covid 19 kian mengintai, kegelapan pun menanti jiwa jiwa yang mulai merapuh. catatan catatan catatan

Kabut-kabut kelam kian membungkus bumi pertiwi. Ketakutan kian menjelma, ketika kota kota menjadi kota mati. Sekejap kehidupan berubah,  bayangan kematian menusuk relung kalbu. Kemanapun kaki ingin melangkah tertambat oleh benteng benteng semu. Raga terbelenggu, terpasung dalam jeruji jeruji gila untuk sebuah penantian yang tak pasti.

Kapal kapal tak akan lagi berlayar, gemuruh burung besi juga tak lagi terdengar menggema membelah awan. Langit langit kelam kian membungkus bumi pertiwi. Sepi dalam belenggu yang kian sulit dimengerti.

Tak terlintas dalam angan, bila hari hari yang merenda, semakin terpuruk membungkam kebebasan. Tak pernah terbayangkan bila ASA yang menjelang berkubur bersama waktu. Covid 19 siap memangsa dari waktu ke waktu. Tanpa wujud menjelma memporakporandakan dunia. Bumi Pertiwi tangis tangismu kian membelah dalam ketakutan.

Jalanan sunyi, kehidupan berangsur mati, satu persatu, bahkan ratusan, ribuan nyawa telah menebus ganasnya virus dunia. Langit kian membungkus kelam bumi pertiwi, hitam dan gelap ketika berharap biasnya seberkas sinar kehidupan. Bayu seakan tak lagi membelai lembut. Sepoinya membisikkan dengan lembut. teruslah untuk selalu berdoa dan berikhtiar.

Banyu pun menggila hingga pelosok negeri, bencana demi bencana kian mengintai. Nyawa menebus lengah. Gedung gedung pencakar langit seakan tak lagi berpenghuni, kendaraan tak lagi meraung membelah jalanan jalanan yang kian menyepi. Hati larut, ketika alammu bumi pertiwi tak lagi menjadi sahabat sejati.

BACA JUGA  Menteri Agama Berharap Momen Ramadhan 1445 H jadi Momen Pemersatu Usai Pemilu

Doa doa terucap, ribuan, jutaan, miliaran keluar  dari bibir bibir umat-Mu, moga hari yang menjelang memberikan harapan kehidupan baru, kebebasan dalam kedamaian hakiki saat berada di pankuan hangatmu bumi pertiwi.

Dalam senja mengintai, doa doa merenda malam diantara senandung lara bumi pertiwi. Terbanglah jauh ke langit yang tinggi virus virus ganas yang mengancam dunia. Mata mata begitu enggan untuk terpejam, diantara kejamnya kehidupan esok yang menanti.

Baca Juga:

Facebook Comments

- Advertisement -
- Advertisement -