spot_img

Berinfaq di Saat Sulit Dapat Membebaskan Kita dari Kebinasaan

Seringkali Allah SWT memberikan ujian kepada hambanya di waktu yang sulit. Kenapa perintah isra’ mi’raj Allah turunkan di saat pengikut Nabi SAW masih sedikit di Mekkah? Apa salahnya kalau di Madinah saja, di saat pendukung Nabi sudah banyak.

Maka tentu akan banyak yang mendukung Beliau, akan banyak yang percaya terhadap apa yang Beliau sampaikan.Ternyata di sinilah Allah SWT ingin memilih dari hambanya yang terbaik, siapa yang betul-betul beriman terhadap ayat Allah dan siapa yang cuman berpura-pura saja.

Begitu juga pada saat sekarang ini, dimana kita ketahui bersama hampir seluruh dunia mengalami masa sulit akibat serangan virus mematikan Covid 19, tak terkecuali dengan negara kita.

saat

Banyak saudara kita yang tergerus ekonominya bahkan ada yang di PHK akibat wabah tersebut. Ini menandakan bahwa manusia tak bisa berbuat apa-apa kalau Allah SWT sudah menetapkan suatu perkara.

Maka perlu kita renungi Firman Allah SWT dalam QS. al-Balad ayat 14 :
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ
Atau memberi makan pada hari kelaparan, (QS. al-Balad [90] : 14 )

Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibrahim an-Nakh’iy di dalam kitab tafsirnya ketika menjelaskan maksud dari lafadz ذِي مَسْغَبَةٍ itu adalah masa dimana bahan makanan itu sangat sulit didapatkan. Kemudian di dalam kitab tafsir yang lain juga dijelaskan oleh az-Zuhaili bahwa memberi makanan di masa sulit itu dapat membebaskan diri dari kebinasaan.

Maka hari ini kita ketahui bersama bahwa akhir-akhir ini bangsa kita betul-betul diuji oleh Allah SWT. Banyak saudara-saudara kita yang sekarang mengalami kesulitan akibat terbatas pergerakannya dikarenakan wabah corona ini, sehingga kesulitan mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan keluarga.

Maka sebetulnya ini kesempatan emas bagi kita untuk mengejar karunia Allah SWT. Karena banyak orang sebetulnya yang tidak sadar akan momen langka ini. Kenapa sahabat Nabi SAW yang ikut perang Badar dengan Beliau ikut hijrah bersama Beliau lebih mulia kedudukannya dibanding sahabat lain yang tidak ikut ? itu karena mereka selalu pandai memanfaatkan momen langka dan kesempatan emas itu untuk mengejar karunia Allah SWT yang besar ini.

BACA JUGA  Bahas Travel Umroh, Kasi PHU Kemenag Bukittinggi Jadi Narasumber di RRI Pro 1

Maka sahabat Nabi SAW dikatakan mulia bukan karena se zaman dengan nabi. Abu Jahal se-zaman dengan Nabi tapi dihinakan oleh Allah. Akan tetapi sahabat itu mulia karena mereka mampu bertahan istiqamah dengan iman di saat momen-momen yang sulit bersama Nabi SAW.

Oleh sebab itu tak ada salahnya melalui tulisan ini dalam rangka “Wa tawasau bi al-haq Watawa saubil shabr” perlu kita ingatkan bahwa ini kesempatan emas bagi kita untuk berlomba-lomba mengejar keutamaan dari Allah dengan berinfaq di saat yang sulit ini.

Kalau pun kita tak mampu berinfaq minimal kita mengajak serta memfasilitasi orang untuk berinfaq. Insya Allah dengan usaha kita mengajak orang berinfaq ini juga mengalir pahalanya kepada kita sehingga dapat meringankan beban saudara kita yang sangat membutuhkan.

Karena sebuah kebaikan yang bisa kita tularkan kepada orang lain akan mendatangkan pahala yang berlipat ganda. Selagi orang lain mengamalkan amalan itu karena kita yang mempelopori maka akan mengalir juga pahalanya kepada kita. Ia bagaikan gundukan bola salju yang semakin dia menggelinding akan semakin besar ukurannya.

Penulis : Yogi Imam Perdana, Lc,. M.Ag.

Tulisan lainnya :

Facebook Comments

Google News