spot_img

Calon Bupati Solok, Menebar Baliho, Poster dan Gerilya

AROSUKA – Tiga pasangan calon Bupati Solok  sudah ditetapkan KPU. Nofi Candra-Yulfadri Nurdin, Epyardi Asda-Jon Firman Pandu dan Desra Ediwan Anantanur-Adli sudah mendapatkan nomor urut masing-masing.

Perang baliho dan poster dimulai. Baliho ketiga pasangan calon bupati Solok ini sudah tersebar di pinggir jalan lintas dan rumah warga. Setidaknya untuk memperkenalkan diri bahwa inilah tiga calon bupati Solok yang akan dipilih pada 9 Desember 2020.

Tidak ada yang menjamin jika setiap baliho dan poster yang terpasang adalah pemilih calon yang ada. Proses sosialisasi masih berlangsung. Masyarakat Kabupaten Solok bisa menimang-nimang calon tersebut, sebelum menjatuhkan pilihan. Siapapun yang terpilih, itulah yang terbaik bagi daerah ini lima tahun ke depan.

Ketiga calon Bupati Solok adalah warga terbaik Kabupaten Solok. Nofi Candra yang mendapatkan nomor urut SATU sudah dikenal secara luas. Pengusaha yang pernah menjadi anggota DPD RI ini dikenal dekat dengan para petani. Setidaknya menjelang menjadi anggota DPD RI, Nofi Candra menyebar bibit jagung ke banyak petani.

Epyardi Asda yang mendapatkan nomor urut DUA juga sudah dikenal luas. Putra Singkarak ini menjadi anggota DPR RI selama tiga periode. Pemilik kawasan wisata Bukit Cinangkiek ini juga dikenal sebagai pengusaha di samping politisi.

Sama halnya dengan Nofi Candra, Epyardi Asda berharap bisa memajukan pertanian dan wisata. Mantan Politisi PPP, yang kini bergabung ke PAN ini punya keinginan menyediakan bibit unggul untuk para petani, sehingga pertanian Kabupaten Solok semakin maju.

calonBegitu juga dengan Desra Ediwan Anantanur, ia bukanlah pendatang baru di Kabupaten Solok. Sebagai politisi Golkar, Desra merupakan mantan Ketua DPD Golkar Kabupaten Solok, yang pernah menjadi anggota DPRD. Di samping itu, selama dua periode, 2005-2010 dan 2010-2015, ia menjadi Wakil Bupati Solok.

BACA JUGA  MKKS SMP Kab. Solok Tebar Bantuan di 3 Kabupaten

Bagi Desra Ediwan Anantanur, ini kali kedua ia ambil bagian dalam pemilihan Bupati Solok, setelah pada 2015, ia kalah suara dengan Gusmal, yang pernah didampinginya pada periode 2005-2010.

Melihat jejak langkah ketiga calon Bupati Solok ini, diyakini mereka mengenal dan dikenal oleh para pemilih Kabupaten Solok. Masyarakat pun diyakini sudah menelusuri jejak langkah setiap calon.

Karena berkampanye dalam masa pandemi Covid-19, tidak ada konser (dangdut), tidak ada kegiatan menghadirkan massa dalam jumlah besar, tidak ada kerumunan. Setiap calon boleh menggunakan media sosial (resmi) yang terdaftar di KPU. Cara lain yang bisa digunakan setiap kandidat adalah kampanye gerilya,  Door to door.

Setiap kandidat dan tim tentu sudah mulai bergerak. Apalagi waktu yang tersedia sangat singkat, sekitar dua bulan. Tentu tidak mudah menjelajahi 74 nagari dalam waktu dua bulan ini, namun basamo mako manjadi. Setiap pasangan calon tentu sudah mempersiapkan kaki tangan masing-masing. Sudah ada tim yang bekerja tanpa lelah.

Baca juga:

Facebook Comments

Google News