SOLOK – Tiga periode menjadi anggota DPR RI, menjadikan pengalaman sangat berharga bagi Epyardi Asda untuk mengabdi di kampung halamannya. Putra Singkarak ini ikut menjadi kandidat pilkda serentak pada 9 Desember 2020.
“Saya ingin mengabdi di kampung halaman,” ujar Capt. H. Epyardi Asda, M. Mar, saat ditanya mengapa ikut menjadi balon Bupati Solok.
Kelahiran 11 Maret 1962 selama ini lebih dikenal sebagai politisi andal. Tiga periode menjadi anggota DPR RI tentu membuat pergaulannya di kalangan pusat tidak diragukan lagi. Kini politisi PAN ini menjadi balon Bupati Solok.
Kehadiran Epyardi Asda dalam bursa balon Bupati Solok membuat persaingan untuk mendapatkan BA 1 H kian ketat. Apalagi sejumlah nama yang muncul sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Kabupaten Solok.
Siapa yang tidak kenal dengan Nofi Candra, pengusaha yang juga memulai karir politik sebagai anggota DPD RI. Ia baru saja mengakhiri karir politinya sebagai anggota DPD RI pada 2019.
Begitu juga dengan Desra Ediwan Anantanur, mantan anggota DPRD Kabupaten Solok, Ketua DPD Golkar dan dua periode sebagai Wakil Bupati Solok.
Ada juga nama yang baru muncul seperti Adli, akademisi dan politisi, Maigus dari kalangan pengusaha, Agus Sahdeman mantan anggota DPRD, Hendra Saputra, ASN, yang memilih maju dari jalur independen, serta Iriadi, yang selama ini mengabdi di rantau, kini ingin mengabdi di kampung halaman.
Jika bicara pengalaman nasional, H. Epyardi Asda tentu rekor, apalagi anak ketiga dari 12 bersaudara justru mengawali karir politiknya dari Nasional. Bahkan begitu menyelesaikan sekolahnya, pemilik kawasan wisata Bukik Cinangkiak ini mengawali pekerjaan di Siangpura.
Terlahir dari pasangan H. Asfar Panduko Sutan yang bekerja sebagai seorang kusir bendi dan Hajjah Rosida yang kesehariannya bekerja sebagai pedagang beras keliling, Epyardi Asda tumbuh menjadi anak mandiri.
“Kehidupan yang pahit di masa lalu, sungguh amat sulit dilupakan,” jelas Epyardi Asda.
Bagaimana tidak, Kegetiran hidup dan didera kemiskinan membuat dirinya dicatat sebagai anak kekurangan gizi zaat kecil. Ia menjadi anak marasmus.
“Kesulitan itulah yang membuat tekad makin kuat untuk memperbaiki nasib,” jelas Epyardi Asda.
Pada tahun Enam Puluhan, jelas Epyardi Asda, ia salah seorang penderita gizi buruk atau merasmus. Tubuhnya kurus kering dan tinggi.
Sekalpun termasuk anak kekurangan gizi, dan sang ayah sebagai kusir bendi, Epyardi Asda tetap menempuh pendidikan dengan semangat tinggi.
Ia menamatkan SDN 2 Singkarak pada tahun 1976 dan Lulus SMPN 1 Singkarak 1979, kemudia menyelesaikan SMA pada tahun 1982.
“Saya memilih melanjutkan Pendidikan ke Pendidikan Perwira Pelayaran Besar (P3B) di Semarang dan lulus tahun 1985,” jelas Epyardi Asda.
Setelah tamat P3B Semarang, Epyardi merantau ke Singapura dengan menumpang kapal ikan. Ia nekad ke luar negeri dengan modal nekad karena ingin mengubah nasib.
“Sempat terlunta-lubta di Singapura dan tidur di emperan toko,” jelas Epyardi Asda.
Sekalipun sempat terlunta-lunta dan tidur di emperen toko, Epyardi Asda mengaku selalu menjaga zikir dan shalat, termasuk shalat tahajut.
“Akhirnya saya mendapat pekerjaan di kapal asing,” jelas H. Epyardi Asda.
Bekerja di kapal asing, ia menemukan kegairahan baru. Semangatnya untuk mengubah nasih menemui jalan terang. Begitu menerima gaji pertama, yang teringat adalah orang tua di kampiung.
“Gaji pertama saya kirim kepada orang tua di kampung,” ujarnya.
Sementara gaji bulan kedua digunakan untuk membayar hutang. Bukan itu saja, Epyardi Asda juga mebiayai sekolah adik-adiknya, serta membiayai ibadah haji kedua orang tuanya.
Bekerja di kapal asing membuatnya kian menyadari luasnya dunia. ia melihat peluang lain untuk memulai usaha. ia mencoba iusaha mandiri.
“saya menidirikan PT. Kaluku Maritima Utama, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha pelabuhan,” jelasnya.
Ayah dari enam anak ini juga membangun usaha pelayaran Tree Elang Maritim dan usaha di bidang developer.
Ketika bisnisnya kian lancar, H. Epyardi Asda pun masuk dunia politik. Ia bergabung kepada PPP. terakhir ia dipercaya sebagai Wakil Ketua Umum DPP PPP di Jakarta.
Kegigihan, kerja keras dan diiringi shalat dan zikir, Epyardi Asda pun tercatat sebagai pebisnis dan politisi yang sukses.
Sukses sebagai pebisnis dan politisi, H. Epyardi Asda ingin mengabdi di kampung halaman. Maju sebagai balon Bupati Solok pada pilkada serentak 9 Desember 2020 dinilainya sebagai langkag untuk mengabdi di daerah ini.
“Saya ingin membangik batang taradam, mengembalikan kejayaan Solok. Setidaknya menjadi kabupaten terbaik di Sumbar atau Indonesia,” jelas Epyardi Asda.
Jalan menuju rumah bagonjong di Arosuka kini sedang dirintis oleh H. Epyardi Asda.
Apakah ia akan mampu bersaing dengan Nofi Candra, Desra Ediwan Anantanur, Adli Maigus, Agus Sahdeman, Hendra Saputra, atau Iriadi?
Perjalanan waktu akan menjawabnya. Sebab politik itu seperti bola liar, ia bisa menggelinding ke pojok tak terduga. Wewe
Baca Juga:
Facebook Comments