spot_img

Jangkau Nagari Di Kabupaten 50 Kota, PAIF Syaflinda Beri Penyuluhan Agama

Limapuluh Kota, SuhaNews – Banyaknya persoalan pada anak yang terjadi hari ini, seperti suka membantah, narkoba, pergaulan bebas, LGBT, kecanduan game online, pelecehan seksual bullying, dan sebagainya, menjadi salah satu tanggung jawab seorang Penyuluh Agama dalam memberikan penyuluhan agar kasus ini dapat diatasi. nagari
Hal inilah yang mendorong seorang Penyuluh Agama Islam Fungsional (PAIF) Kementerian Agama Kabupaten Limapuluh Kota, Syaflinda. Perempuan yang kesehariannya bertugas di KUA Kecamatan Lareh Sago Halaban, tidak hanya memberikan penyuluhan diwilayah tempat ia bertugas, namun juga di daerah lain yang memintanya memberikan penyuluhan.

Bertempat di dua lokasi, Kantor Wali Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru, dan Masjid Miftahul Ulum Koto Alam, Syaflinda memberikan penyuluhan dengan tema yang sama, yaitu Parenting tentang Mengokohkan Tujuh Pilar Pengasuhan Anak. Dihadiri Pgs. Wali Nagari Koto Alam, Sumarni, serta perangkat Nagari, kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (7/6)

Diikuti oleh peserta yang terdiri dari ibu-ibu yang mempunyai anak di usia pengasuhan, Linda, sapaan perempuan ramah ini, mengurai Tujuh Pilar Pengasuhan Anak, yaitu, kesiapan menjadi orang tua, mengokohkan keterlibatan ayah dalam pengasuhan, tujuan pengasuhan harus jelas, komunikasi yang baik, sehat, dan menyenangkan, pendidikan agama, mempersiapkan anak sebelum baligh, dan bijak dalam berteknologi.

“Masalah pengasuhan berawal dari minimnya persiapan pasutri menjadi ayah dan ibu. Walaupun mereka siap secara fisik, tapi tak siap secara ilmu dan psikologis. Bahkan ada yang menganut konsep free child, tak mau punya anak. Mengasuh sejatinya berdua suami istri. Banyak suami yang memahami bahwa mengasuh semata tugas ibu. Ini membuat perkembangan anak tidak optimal. Banyak anak yang lapar ayah,” papar Linda.

BACA JUGA  Tim Inspektorat Kemenag RI Evaluasi Kinerja Penyuluh Agama Islam Pasaman

Selanjutnya, perempuan dari dua anak ini menjelaskan bahwa ayah yang terlibat dalam pengasuhan akan melahirkan anak yang cerdas, kuat, dan siap menghadapi kesulitan hidupnya. Orang tua harus merumuskan lebih detil apa tujuan pengasuhannya dan anak seperti apa yang diinginkan. Anak yang Sholeh, mandiri, dan siap menghadapi zamannya serta berakhlak mulia, itu minimalnya.

“Masalah dalam pengasuhan sering kali juga disebabkan pola komunikasi orang tua yang buruk dengan anaknya. Orang tua sejatinya belajar bagaimana berkomunikasi yang baik, benar dan menyenangkan. Orang tua sering memerintah, melabel/mencap, membandingkan, meremehkan anak, sehingga ini berefek pada karakter anak,” lanjut Linda.

Tak lupa pada kesempatan itu, Linda juga mengurai bahwa orang tua adalah pendidik pertama bagi anak. Namun masih ada orang tua yang tidak menyadarinya dan melimpahkan pendidikan kepada sekolah. Orang tualah yang bertanggung jawab terhadap iman, ibadah, dan akhlak anaknya. Orang tua juga harus mempersiapkan pendidikan pra baligh sesuai gender anak. Anak laki-laki dan perempuan punya perbedaan yg signifikan, maka orang tua harus mempersiapkan bagaimana mereka melalui masa balighnya.

“Saat ini anak kita hidup di era kemajuan teknologi. Ada orang tua yang membekali anak mereka dengan gadget, tapi tidak mengedukasi anak bagaimana bijak bermedsos, sehingga banyak keselahan dan kejahatan yang dilakukan anak. Semoga Allah mampukan kita menjadi orang tua yang baik, dan Allah jaga keturunan kita dari hal-hal yang merusak iman dan akhlak mereka,” tutup perempuan 45 tahun ini.(Nina)

Berita Terkait :

Facebook Comments

Google News