Sungai Lasi, SuhaNews. Udara pagi masih terasa dingin tatkala embun masih selimuti dedaunan di kaki Bukit Barisan, tapi tak surutkan kaki-kaki kecil melangkah mendatangi Surau mereka di seberang rel yang sudah ditinggalkan “Mak Uniang”.
Tak jarang sebagian dari mereka menjinjing sandal karena licin akibat embun pagi, sementara tangan mereka memegang senter sebagai alat penerang jalan. Setelah berwudhuk merekan pun masuk ke Surau.
Selain datang berkelompok karena rumah dekatan, sebagian lagi juga diantar oleh orang tua atau keluarga mereka untuk mengikuti Didikan Subuh minggu ini
Dengan senyum salam mereka dijawab oleh Dayu dan Susi, dua ustadzah beradik kakak yang telah “menghidupkan” kembali Surau Lakuak sejak pertengahan tahun 2019 lalu.
Setelah jumlah santri yang hadir lebih dari separoh, Dayu menginstruksikan agar pelaksanan shalat Subuh dimulai. Yang terlambat pun segera mengikuti shalat berjamaah.
Tanpa dikomando usai berdoa setelah shalat Subuh santri segera membentuk duduk melingkar didalam Surau. Beberapa diantranya membantu Dayu dan Susi mempersiapkan sound system untuk kegiatan didikan subuh.
Santri yang diberi amanah menjadi pembawa acara memulai tugasnya, walau tanpa intonasi dan pengaturan ritme yang pas. Ia mampu menghipnotis santri lain untuk mengikuti penampilan demi penamilan dalam didikan Subuh dengan serius dan semangat, walau beberapa masih terlihat menguap.
Pengucapan janji didikan Subuh menjadi salah satu item cara yang diikuti dengan semangat oleh seluruh santri sekaligus sebagai penutup rangkaian kegiatan ini.
Setelahnya terlihat wajah sumringah para santri, karena beberapa santri lain membanu Dayu dan Susi menyiapkan sarapan pagi. Menu pagi ini nasi goreng sumbangan dari donatur.
“Alhamdulillah setiap Minggu pagi selalu ada donatur yang menyumbang untuk sarapan santri yang mengikuti didikan Subuh,” ujar Dayu.
Tak hanya saat didikan subuh, dihari lain seperti hari Kamis saat belajar tajwid juga ada yang membantu snack untuk santri, ujar Susi menimpali.
Usai menikmati sarapan, mereka melanjutkan agenda berikutnya yakni gotong royong membersihkan surau termasuk lingkungan sekitarnya. Seakan sudah tahu tugas masing-masing merka memulai kegiatan ini.
Tak ada komando berarti, seakan mereka telah tahu tugas masing-masing saat gotong royong seperti ini
Beberapa santri putri membersihkan piring sarapan, sementara santri putra ada mengangkat tikar dan membersihkan bagian dalam surau bersama Susi. Sebagian lainnya membersihkan bagian luar seperti pekarangan, tempat wudhu dan beberapa lokasi disekitar surau yang mereka jadikan “kelas alam”.
Sejak sebulan belakangan Susi dan Dayu memang giat menghidupkan kelas alam ini. Ini untuk memotivasi mereka latihan menjadi Da’i, pembawa acara maupun melatih hafalan Al Qur’annya.
“Kita ingin setiap santri berperan pada Tarwih di Ramahan nanti,” ujar Dayu.
“Setiap santri kita dorong untuk tampil mulai jadi Muazin, Imam, Da’i dan pembawa acara sedangkan santri yang masih kecil juga diberi kesempatan menampilkan hafalannya walau itu surat pendek,” imbuhnya.
Dayu dan Susi merancang para santri selain menguasai ilmu agam juga bisa menyampaikan ilmunya dengan menjadi Da’i cilik serta menjadi Hafizh dan Hafizah. Agar mereka tak jenuh belajar, adakalanya latihan dilakukan diluar surau, mulai dari jenjang naik surau, pohon kepala tumbang yang membelintang diatas kolam kecil samping surau, dan tak jarang di pematang sawah sekitar surau.
Selain itu untuk menghilangkan jenebuhan santri, sesekali Dayu dan Susi memutarkan filme kartun Islami dan kisah-kisah inspiratif Islami untuk para santri.
Menutup kegiatan Didikan Subuh Minggu pagi di surau Lakuak, santri berolah raga. Beberapa santri putra dengan gembira bermain bola walau hanya disaah yang siap panen. Sedangkan santri wanita ada yang bermain tali karet dan permainan lainnya. Moentjak
Berita Terkait :
Facebook Comments