spot_img

Prevalensi Stunting Capai 40,1%, Kabupaten Solok Gelar Rembuk Stunting

Arosuka, SuhaNews – Kabupaten Solok menggelar Rembuk Stunting Aksi Konvergensi Pencegahan dan Penanggulangan Stunting dengan tema Cegah Stunting Melalui Pemanfaatan Pangan Lokal Untuk Meningkatkan Ketahanan Keluarga, Rabu (7/9).

Kegiatan ini dihadiri oleh Bupati Solok, diwakili Sekretaris Daerah Medison, S.Sos.,M.Si., Sekretaris TP-PKK Retni Humaira, S.T.Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang DR. Burhan Muslim, S.KM.,M.Kes., Direktur RSUD Arosuka Musfir Yones Indra, Forkopimda, Kepala OPD, Camat, Wali nagari, ASN dan Tamu undangan lainnya.

Baca juga: Bupati Benny Dwifa: Pemkab Sijunjung Fokus Turunkan Angka Stunting

Kepala Dinas Kesehatan, Zulhendri berharap koordinasi di lapangan dapat semaksimal mungkin dapat dukungan untuk penurunan stunting.

“Intervensi spesifik pada penderita stunting dan cacing telah dilaksanakan, Dinas Kesehatan meminta dukungan semua pihak terkait OPD, seperti Dinas Pertanian terkait pangan.

Dimana pangan dari hasil tani lokal, diharapkan dapat membantu permasalahan gizi anak,” jelas Zulhendri.

Penderita stunting, jelas Zulhendri, kalau tidak punya jaminan kesehatan, akan dibantu pemerintah daerah bekerjasama dengan RS Arosuka dalam pembiayaan, dan BAZNAS juga akan ikut bekerjasama dalam hal pembiayaan kesehatan.

Zulhendri juga meminta bantuan Dinas Pendidikan, tentang pola ajar anak terutama PAUD dan TK. Sementara jorong dan wali nagari untuk mensurvey sampai ke pelosok-pelosok, agar tidak ada yang terlewatkan untuk pendataan stunting.

Sekda Medison mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi atas terselenggaranya acara Rembuk Stunting Kabupaten Solok.

“Semoga melalui acara ini lahir komitmen dalam menanggulangi permasalahan stunting secara bersama-sama, serta program yang telah dirancang dapat di realisasikan,” ujar Sekda.

Persoalan stunting termasuk dalam agenda pembangunan nasional, dan Kabupaten Solok menjadi salah satu lokasi prioritas penanggulangan stunting sejak tahun 2019.

BACA JUGA  Eka Putra Masuk 10 Besar Bupati Terpopuler se-Indonesia

“Stunting tidak hanya mempengaruhi tinggi badan balita secara fisik, tetapi juga menghambat perkembangan otak sehingga mempengaruhi tingkat kecerdasan dan kesehatan dalam jangka panjang,” ujar Medison.

Kondisi ini mengancam Window Opportunity dari bonus demografi dan pencapaian target Indonesia Emas 2045. Menurut WHO, batasan prevalensi stunting suatu wilayah sebesar 20%. Sementara pemerintah telah menetapkan di dalam RPJMN target penurunan stunting di tahun 2024 sebesar 14%.

“Hasil studi status gizi Indonesia (SSGI) di tahun 2021, prevalensi stunting nasional 24,4% dan prevalensi stunting Sumatera Barat 23,3%. Sementara dari hasil SSGI 2021, prevalensi stunting Kabupaten Solok yang tertinggi di Sumatera Barat yaitu 40,1%,” jelas Medison.

Berdasarkan data by name by address pada aplikasi e-PPGBM angka stunting Kabupaten Solok sebesar 16,2% yang diperoleh dari hasil penimbangan masal pada bulan Agustus 2021.

“Meskipun terdapat perbedaan data yang cukup signifikan antara data survei dan data real prevalensi stunting di Kabupaten Solok. Hal ini tidak bisa dijadikan hambatan dalam percepatan penurunan stunting di Kabupaten Solok,” tambah Medison.

Untuk mencapai angka 14% di tahun 2024, jelasnya, intervensi dilakukan secara sinergis dan bersama-sama oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, nagari dengan masyarakat dan pihak swasta. (Wewe)

Baca juga: Tekan Angka Stunting, Ketua TP PKK Agam Buka Rapat Koordinasi Lintas Sektor

Facebook Comments

Google News