SuhaNews. Disela acara pemberian bonus dan penghargaan pada Kafilah Sumbar oleh Gubernur,Rabu (2/12) lalu, ada Asraldi yang keluar sebagai terbaik I dalam cabang Tahfizh 5 Juz dan Tilawah.
Asraldi adalah anak petani dari Kabupaten Dharmasraya yang mengaharumkan nama Sumatera barat dengan hafalannya. Ats prestasinya itu ia pun berhak menerima uang tunai dan bonus 200 juta dari Gubernur Irwan Prayitno. Buah manis perjuangannya melafalkan ayat demi ayat dengan lancar dibabak penyisihan dan babak final.
Asraldi mampu menyelesaikan setiap penggalan ayat Al Quran yang dibacakan oleh dewan hakim penanya. Putra dari pasangan Hamzan (47) dan Masriani (42) ini berhasil menjawab semua soal dari tim penilai dan meneruskan ayat Al Quran yang dibacakan.
Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadits itu berhasil menyita perhatian dewan hakim saat melantunkan ayat suci dengan nada yang mengalun indah.
Asral, begitu sapaan akrabnya, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Kedua orangtua Asral berprofesi sebagai petani.
Pemuda kelahiran 1 September Tahun 2000 tersebut, mengatakan sejak kelas 1 MTsN di Ponpes Darussalam sudah mulai menghafal Alquran. Ironisnya, saat duduk dibangku sekolah dasar, ia mengaku tidak berminat menghafal Al-Qur’an karena lebih cenderung mendalami tilawah. Bahkan sejak SD ia sudah tekun belajar dengan para guru mengaji tilawah dikampungnya.
Alih alih untuk menghafal Alquran. Ternyata Asral sempat punya niat melanjutkan ke sekolah umum SLTP sederajat. Hanya saja saat diperjalanan menuju lokasi, entah kenapa tiba tiba ia berhenti disebuah pondok pesantren.
Tak menyangka, ia malah terbersit ingin mendaftarkan diri dipondok tersebut dan siap mengikuti tahapan Test.
“Mulai dari test mengaji, sholat, alhamdulilah diterima di pondok itu,” katanya.
Berkat tempaan dan didikan selama dipondok, disitulah kecintaannya terhadap tahfizh semakin terlihat, disamping masih terus belajar tilawah.
“Mulai dari kelas 1 sampai kelas 3 MTsN, hampir semua siswanya menghafal Al-Qur’an,” terangnya.
Uniknya hanya segelintir siswa saja yang mampu tetap bertahan dan istiqamah menghafal. “Dari seluruh siswa yang ada hanya bersisa 8 orang yang bertahan untuk menghafal,” kenangnya.
Ia mengaku awalnya sangat sulit untuk menghafal Al-Qur’an. Untuk satu halaman saja, bisa menghabiskan waktu 2 jam, sebutnya.
“Lumayan lama juga itu tapi lama lama saya dapat juga triknya, karena saking kebiasaan menghafal,” katanya.
Bahkan, sambungnya pernah dalam waktu 10 menit ia berhasil menghafal satu halaman. “Yang penting ada kemauan saja, kalau dulu kami menghafal sepulang dari sekolah saja, sekarang sebenarnya jauh lebih canggih, banyak program tahfizh yang bisa diikuti remaja sekarang ” ungkapnya.
Sejak itu, setiap harinya Asral membacakan hafalan ayat Al Quran dalam setiap sholatnya. Pemuda berusia 20 tahun itu menyediakan waktu kapan pun untuk membaca Al Quran di rumah setiap hari. Sisanya, belajar membaca Al Quran dilanjutkan sesuai jadwal di pondok tempatnya menuntut ilmu.
Alhasil, tak terhitung lagi prestasi yang pernah ditorehkannya dalam even Musabaqah. Setelah tamat belajar di pondok selama enam tahun. Anak kedua dari tiga bersaudara melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Baginya menuntut ilmu agama atau mengikuti even musabaqoh yang utama adalah keridhaan Allah Swt. Bukan hanya sekadar berlomba dapat juara lalu selesai. Namun lebih dari itu, musabaqoh menurutnya upaya memaknai perjuangan mencari cinta Allah kepada umatnya.
“Kalau Allah sudah Ridha, pasti semuanya akan kita dapat, kalau pun tidak mendapat juara saya sudah ikhlas juga sejak awal berangkat,” ucapnya mantap.
Ajang MTQ baginya tak lain untuk bertaqarrub mendekatkan diri kepada Allah. “Alhamdulillah selama MTQ saya senang, sungguh saya senang sekali bisa mengikuti MTQ ini,” ungkapnya.
Keberhasilan Asral menghafal 5 juz Al Quran bukan tanpa alasan. Ia terinspirasi dari sang ayah dan keluarga besar yang notabene cukup kuat pemahaman agamanya. Asral mengenang sebuah momen paling indah bersama keluarga besarnya yang kerap pergi ke masjid bersama.
“Malahan kalau sholat berjamaah di masjid hampir 80 persen, keluarga besar Asral yang memadati masjid, adakalanya khusus hari Jum’at Asral yang baca khutbah, abang menjadi muadzin, ayah yang jadi imam, seperti itu terus bergantian setiap kami berkumpul dirumah,” sambungnya.
Yang tak lekang dari diingatannya, adalah saat menghabiskan waktu makan dan tertawa bersama dengan teman sesama penghafal Alquran dipondok. Yang paling lucu itu momen menghafal sambil memanjat pohon bersama teman teman seusianya, lanjutnya terkekeh.
“Alhamdulillah berkah Al-Qur’an, teman teman Asral itu semua sekarang tinggal di masjid menjadi Gharin masjid di Padang, kehidupan mereka pada sejahtera semua dengan mukjizat Al-Qur’an,” katanya.
Kendati demikian, ia tak menampik meski awalnya lancar saja dalam menghafal, Asral juga pernah mengalami tantangan yang cukup menggoda.
“Awalnya lancar saja Asral menghafal, tapi makin bertambah juz semakin sulit hafalannya. Dan pada saat itu Asral dihadapkan dengan tugas sebagai Ketua OSIS disekolah, sempat mogok menghafal selama satu tahun, tapi nggak total, hanya berkurang saja karena sibuk dengan kepengurusan dan tanggung jawab dan sebagai ketua OSIS,” ucap mahasiswa Ilmu Hadist Fakultas Ushuluddin ini.
Tak ayal lagi, berkat kegigihan dan ketekunannya, tak sedikit prestasi yang pernah ditorehnya, berawal menjuarai cabang tilawah. Pertama kali mengikuti lomba tahfizh 5 juz dan tilawah tingkat Provinsi di Sawahlunto sempat di diskualifikasi karena terkendala usia.
Kendati sering mengikuti dan menjuarai tilawah remaja di MTQ tingkat Kabupaten, tak melunturkan semangatnya untuk mencoba lagi cabang tahfizh 5 juz tingkat Provinsi di Pariaman.
“Alhamdulillah Asral mendapat juara I, dan berhak ikut MTQ nasional di Medan dua tahun lalu, meski waktu itu belum bisa menyumbangkan medali untuk Sumbar, pengalamannya yang mahal” katanya.
Ia juga bercerita tentang keberuntungannya diamanahkan sebagai peserta Tahfizh untuk tingkat nasional kali kedua di Sumbar.
“Sebenarnya Asral juara 2 di MTQ Provinsi Tahun 2019 di Solok, karena diseleksi ketat selama dua tahun oleh LPTQ, alhamdulilah pada TC akhir, Asral yang terpilih,”tuturnya.
Ketika tasyakuran keberhasilan Sumbar meraih juara umum pada Rabu 02 desember 2020, Asral mempersembahkan keberhasilan itu kepada orangtua dan kedua saudaranya.
Yang menggugah, ketika ditanya tentang niatnya dengan bonus yang telah ia terima. Sungguh, tanpa sadar membuat penulis tercekat dan meneteskan air mata. Tak tanggung tanggung, jika beruntung ia berniat mengumrahkan seluruh keluarganya dan bahkan sudah menyimpan rapat cita cita itu sejak awal seleksi MTQN dua tahun lalu.,
“Ya Allah seandainya bisa ikut MTQ dan menang, Asral ingin berangkatkan seluruh keluarga umrah,bahkan sudah bernazar umrahkan ayah, ibu, kakak dan adik, nunggu waktu pendaftarannya aja lagi, “demikian ungkapannya dalam sejumput do’a.
Rezeki memang tak kemana, seolah jalan rezeki menuju sukses terbuka begitu saja, tiba tiba Bupati tempatnya berasal juga memberikan kejutan kepadanya pasca malam penutupan. “Meski masih secara pribadi, lagi lagi Alhamdulillah Bupati Dharmasraya akan mengumrahkan pemenang dari daerah kami. Bahkan salah seorang notaris di kotanya, juga berjanji memberikan reward, ‘katanya bahagia.
Sampai saat ini, Asral masih terus belajar untuk mematangkan bacaan dan hafalan Al Quran. Dalam satu hari, Asral tetap membaca Al Quran diwaktu kosongnya.
Tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada dua guru pembimbingnya saat musabaqah Bapak Bakri dan Bapak Adrizal. Mereka adalah guru pembimbing yang baik dan sabar, akunya.
Selain itu, tak lupa ia memberikan apresiasi terhadap pelayanan yang didapatinya selama MTQ. Pelayanan dalam segala sisi, sudah sangat maksimal. Mulai dari fasilitas pakaian, makanan dan tempat menginap selama perlombaan semuanya anugerah dan berkah Allah,” ucapnya.
Kedua orangtuanya menjadi salah satu motivator terbaiknya menekuni ilmu Al-Qur’an. Menurutnya ia beruntung bisa memiliki sosok orangtua yang bijak membaca psikologis anak. Sejak dini baru mulai pandai bicara orangtuanya sudah mendidik dan menempanya dengan ilmu agama. Apalagi ia pernah mengenyam pendidikan agama di salah satu pondok pesantren di kotanya, itu semakin memperkokoh bakat alami yang dimilikinya.
Hanya saja, Asral tak memungkiri terbetik rasa pilu dilorong hatinya, ketika faktanya kondisi ekonomi keluarganya sangat sederhana, jauh dari kata cukup. Cucur peluh orangtuanya berjuang memenuhi kebutuhan keluarga yang sangat luar biasa adalah cambuk terhebat baginya. “Bahkan untuk menyekolahkan kakak saya saja dulu, ayah sampai nggak pulang, bermalam dekat hamparan sungai mencari ikan untuk dijual, bahkan pernah bertani juga” katanya.
Justru hal ini, melecut nyalinya untuk merubah keadaan. Seperti kata pepatah Minang “Mambangkik Batang Tarandam”, menjadi bekal keseriusannya dan motivasinya untuk melakukan yang terbaik.
“Ingin sekali Asral membantu meringankan beban orangtua, membahagiakan mereka, makanya gigih dan terus saja menghafal Al-Qur’an hingga sekarang, ” sebutnya.
Tak jarang ia menangis jika mengingat orangtua yang banting tulang demi ketiga anak mereka. “Pahit sekali rasanya hidup kami waktu itu,” katanya.
Bayangkan saja, sebelumnya ia sempat mengalami masa yang tak mengenakkan. Dia pernah dibully, diremehkan dan dikucilkan karena kondisi ekonomi kurang mampu oleh teman-teman sebayanya.
Tapi tak lantas, hal itu membuat dirinya putus asa. Sebab, berkat cacian tersebut ia termotivasi untuk sukses dan membalikkan cercaan-cercaan temannya.
“Akhirnya itu yang membuat Asral yakin ingin mengangkat derajat keluarga dengan serius belajar di pondok dan belajar ilmu juga menghafal alqur’an,” kenangnya lagi.
Namun ia mengaku, tak pernah menyimpan sedikitpun rasa dendam terhadap segelintir orang orang yang pernah menghinanya. “Walaupun kini faktanya saat ini, setelah Asral bisa membuktikan diri dengan prestasi, pelan pelan mulai bersikap baik, tetap harus kita terima dengan baik,” ujar adik kandung dari Imam Masjid Agung Dharmasraya ini.
Prestasi memang bisa merubah segalanya. Baginya bisa menang bukan berarti kita hebat, tapi kita hanya sedang beruntung saja diberikan rezeki oleh Allah. Jadikan MTQ ini untuk Al-Qur’an, jangan jadikan Al-Qur’an untuk MTQ. Begitulah prinsip yang dipegang kuat Asraldi, salah seorang penghafal Alquran yang beruntung menyabet juara I pada even MTQN ke-28 di Sumbar.
Tak lupa, ia menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam kepada Pemprov Sumbar atas perhatian dan dukungannya terhadap Al-Qur’an.
“Pemimpin itu memang harusnya seperti ini, kalau dulu nggak sebesar sekarang bonus yang diberikan, sekarang jumlahnya besar sekali bagi Asral,” ucapnya polos.
Ia menyayangkan, kenapa selama ini masih ada saja di beberapa daerah dalam bidang agama, khususnya Al-Qur’an, seolah masih termaginalkan dalam segi penghargaan. Sementara dalam bidang olahraga saja perhatian pemerintahnya sangat tinggi.
Asral tak henti hentinya berucap syukur dan berterimakasih atas perhatian luar biasa, pemerintah provinsi Sumbar terhadap generasi Qurani hari ini.
“Untuk latihan saja sampai 29 apa 34 kali, dibiayai tiket pulang pergi Jakarta-Padang,biaya makan, dan uang saku selama dua tahun, masyaallah perhatian pemimpin kita luar biasa sekali buk kepada Al-Qur’an,” katanya.
Ia berharap siapapun nanti pemimpin terpilih dimasa datang akan melakukan hal serupa. Pemimpin yang bisa memberikan perhatian yang besar terhadap generasi Qurani dimasa datang.
Ia yakin jika perhatian pemimpin tercurah terhadap pembentukan akhlak generasi muda, pergeseran budaya remaja kekinian yang cenderung mengidolakan artis dan selebritis secara berlebihan, akan terkikis dengan sendirinya.
“Bisa jadi karena orang awam menganggap kalau menjadi artis dan selebritis pendapatannya akan jauh lebih sejahtera, jika dibandingkan dengan gaji imam atau pengajar Al-Qur’an yang belum merata,” sebutnya.
Ia meyakini, hanya dengan perhatian pemerintah, generasi yang punya intelektual dan ketaqwaan bisa bisa terwujud. “Mereka akan berlomba lomba untuk belajar Al-Qur’an untuk menjadi imam imam masjid dan penghafal Al-Qur’an,” ungkapnya.
Menurutnya alangkah elok jika para pemimpin negeri ini bisa menyisihkan anggaran untuk menolong agama Allah. Paling tidak untuk imam, guru mengaji, atau pun bidang ilmu Al-Qur’an lainnya semakin diperhatikan.
“Maaf buk, bukan bermaksud apa apa atau gimana, Inilah jeritan hati rakyat kecil yang berbicara apa adanya,” ungkap Asral mengakhiri bincang.
Tulisan ini sudah tayang sebelumnya di Website Kemenag Sumbar.
Baca Juga :
Facebook Comments