SuhaNews – Isu penghapusan mata pelajaran sejarah ramai diperbincangkan akhir-akhir ini di jagad maya. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pun angkat bicara, membantah isu tersebut.
Isu bermula ketika beredarnya dokumen digital dengan sampul Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Judulnya, ‘Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional’, tertanggal 25 Agustus 2020.
Dalam dokumen ini, tercantum pelajaran sejarah dalam kurikulum 2013 hilang dari kurikulum yang disederhanakan di masa pandemi COVID-19 ini. Pelajaran sejarah dihilangkan untuk SMA dan SMK.
Pelajaran sejarah hilang di Kelas 10 SMA sederajat dalam kurikulum yang disederhanakan. Pelajaran sejarah hanya tampil sebagai mata pelajaran pilihan kelompok ilmu sosial di kelas 11 dan 12, bukan mata pelajaran dasar.
Di SMK, kurikulum yang dipakai saat ini adalah kurikulum 2013 hasil penyempurnaan tahun 2018. Ada mata pelajaran sejarah Indonesia di dalamnya. Pada kurikulum yang disederhanakan yang tercantum dalam dokumen yang beredar itu, pelajaran sejarah tidak ada lagi.
Nadiem membantah isu penghapusan mata pelajaran sejarah. Nadiem menyebut, tidak ada kebijakan penghapusan pelajaran sejarah di kurikulum nasional.
“Saya ingin mengklarifikasi beberapa hal, karena saya terkejut, betapa cepat informasi tidak benar menyebar tentang mapel (mata pelajaran) sejarah. Saya ucapkan tidak ada sama sekali kebijakan, regulasi, atau rencana penghapusan mata pelajaran sejarah di kurikulum nasional,” ucap Nadiem dalam video di akun Instagram-nya, seperti dilihat detikcom, Minggu (20/9/2020).
Nadiem menjelaskan, saat ini sedang ada pengkajian untuk penyederhanaan kurikulum. Namun, tidak ada penghapusan mata pelajaran sejarah.
“Isu ini keluar karena ada presentasi internal yang keluar ke masyarakat dengan salah satu permutasi penyederhanaan kurikulum. Kami punya banyak, puluhan versi yang berbeda yang sedang melalui FGD, dan uji publik. Semua belum tentu permutasi tersebut menjadi final. Inilah namanya pengkajian yang benar di mana berbagai opsi diperdebatkan secara terbuka,” Kata Nadiem.
Nadiem keberatan komitmennya untuk sejarah diragukan. Dia berbicara soal kakeknya sebagai pejuang kemerdekaan.
“Yang membuat mengejutkan adalah, komitmen saya terhadap sejarah kebangsaan kita dipertanyakan, padahal misi saya adalah untuk memajukan pendidikan sejarah, dan kembali relevan dan menarik bagi anak-anak,” ujar Nadiem.
“Kakek saya adalah salah satu tokoh perjuangan dalam kemerdekaan Indonesia di tahun 1945. Ayah (Nono Anwar Makarim), dan ibu (Atika Algadrie) saya aktivis nasional membela hak asasi rakyat Indonesia dan berjuang melawan korupsi. Anak saya tidak akan tahu bagaimana melangkah ke masa depan tanpa mengetahui dari mana mereka datang,” sambungnya
Sumber: detik.com
Baca juga:
Facebook Comments