spot_img

Kurikulum Cinta dan Deep Learning

Kurikulum Cinta Dan Deep Learning

Oleh : Dantes, S. Pd. I, Gr. (Guru MTsN 1 Pasaman)

Kurikulum cinta merupakan gagasan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, penerapan kurikulum cinta ini menjadi inisiatif dalam pengembangan pendidikan agama dan keagamaan yang bertujuan menanamkan nilai cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa sejak usia dini. Sebagai latar perlu penerapan kurikulum cinta adalah saat ini masih terdapat fenomena sejumlah pelajar yang menunjukkan sikap intoleran, saling menyalahkan, bahkan membenci satu sama lain karena perbedaan keyakinan.dan yang terpenting lagi adalah pendidikan karakter di Indonesia membutuhkan inovasi yang lebih mendalam, salah satunya melalui pendekatan yang lebih integratif dan sistematis dalam kurikulum.(Dirjen pendis : Amin suyitno).

Dalam kurikulum cinta menekankan ada empat aspek utama :

Pertama, membangun cinta kepada Tuhan (Hablum Minallah). Anak-anak sejak dini dibiasakan memperkuat hubungannya dengan Allah. Kedua, membangun cinta kepada sesama manusia, apa pun agamanya. Anak-anak harus dibiasakan dengan keberagaman, membangun Hablum Minannas yang kuat, ketiga membentuk kepedulian terhadap lingkungan (Hablum Bi’ah). “Kerusakan lingkungan yang terjadi saat ini harus ditangani secara terstruktur dan sistematis. Anak-anak kita harus disadarkan akan pentingnya menjaga bumi. ( Menag RI : Nassaruddin Umar )

Keempat, kecintaan terhadap bangsa (Hubbul Wathan). Ini juga menjadi pilar penting dalam kurikulum cinta. “Banyak anak-anak kita yang setelah belajar di luar negeri, justru lebih merasa menjadi orang luar dibandingkan bagian dari bangsanya sendiri. Kita ingin menginsersi agar anak-anak kita tetap berpegang teguh pada akar budayanya

Adapun Strategi Implementasi Kurikulum Cinta tidak diperkenalkan sebagai mata pelajaran baru, melainkan akan diintegrasikan ke dalam berbagai mata pelajaran yang sudah ada. Kementerian Agama melalui Ditjen Pendidikan Islam telah menyiapkan buku panduan yang akan menjadi acuan bagi para pendidik dalam menyisipkan nilai-nilai cinta, toleransi, dan spiritualitas ke dalam pembelajaran. Implementasi Kurikulum Cinta diharapkan dapat membawa perubahan nyata dalam kehidupan sosial, baik dalam konteks keagamaan, hubungan kemanusiaan, maupun keberagaman bangsa. Serta keberhasilan kurikulum ini tidak hanya akan diukur dari aspek kognitif, tetapi juga dari perubahan sikap dan perilaku peserta didik.

BACA JUGA  Dibuka Wawako, Solok Gelar Bimtek Kehumasan dan Keprotokolan

Lalu bagaimana dengan deep learning??

Menurut Mendikdasmen Deep learning hanyalah sebuah pendekatan,bukan kurikulum baru. Jika fokus pada esensi pendekatan Deep learning, maka akan menemukan hal-hal yang baik yang membantu murid pada deep learning.

Dalam buku yang berjudul “ deep learning: Engage the Word Change the word “ karya Michael Fullan.kenapa deep learning dibutuhkan murid –murid di era sekarang? Menurutnya sistem pendidikan tradisional selama ini : Pertama, fokus pada hafalan dan konten, kedua, diukur hanya lewat tes, ketiga, tidak lagi relevan dengan dunia dan kehidupan nyata saat ini.

Madarasah/ Sekolah saat ini banyak menghasilkan santri yang tahu, tetapi tidak siap hidup padahal anak –anak hari ini hidup di dunia yang : cepat berubah, tidak pasti, dan kompleks, penuh informasi dan tantangan global (iklim, sosial, digital), butuh kemampuan lebih dari sekedar nilai akademik.oleh karenanya perlu adanya kompetensi yang lebih luas misalnya perlu kolaborasi, empati, kreativitas, berpikir kritis, tanggungjawab dan sosial.

Menurut fullan pendidikan tidak harus membuat anak “ pintar” tetapi juga adalah manusia yang utuh, warga yang aktif, pekerjaan yang adaptif, serta pembelajaran sepanjang hayat, sehingganya perlu deep learning menekan 6C; Character, Citizenship, Collaboration, Communication, Creativity, Critical Thingking.

Sebagai kesimpulannya deep learning hadir untuk mendorong murid sebagai agen belajar (bukan objek), guru sebagai desainer pembekajaran, sekolah sebagai komonitas yang memberdayakan, dan bukan menjejali murid dengan konten, tapi menciptakan pengalaman beajar yang relevan dan bermakna dan adapun kurikulum cinta diterapkannya Kurikulum Cinta, diharapkan Indonesia dapat melahirkan generasi yang lebih toleran, inklusif, dan penuh kasih sayang—mewujudkan masyarakat yang harmonis dalam keberagaman dan Agama tidak hanya menjadi sesuatu yang normatif, tetapi harus bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari RA hingga perguruan tinggi, kita ingin membentuk individu yang ramah, humanis, nasionalis, dan peduli lingkungan.

BACA JUGA  Kepala BNPB Dukung Edukasi Bencana Masuk Kurikulum Sekolah

Berita Terkait :

Facebook Comments