Buya Yunahar Ilyas Wafat, Ranah Minang Kembali Kehilangan Putra Terbaiknya

Padang, SuhaNews. Ranah Minang berduka, kehilangan salah satu putra terbaiknya buya Yunahar Ilyas yang juga Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) meninggal dunia. Almarhum yang juga tokoh Muhammadiyah itu menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta, Kamis (2/1/2020) pukul 23.47 WIB.

sebagaimana dilansir dari Langgam.id, kepergian Almarhum buya Yunahar Ilyas di usia 63 tahun, juga mengisahkan duka bagi keluarga besar Muhammadiyah Sumatra Barat (Sumbar).

Hal ini disampaikan Ketua Pimpinan Wilayah (PW) Muhammadiyah Sumbar, Shofwan Karim. Menurutnya, Buya Yunahar Ilyas merupakan sosok seorang pemimpin, pendakwah, guru dan ahli agama.

“Muhammadiyah Sumbar tentu merasa kehilangan dan duka mendalam dengan kepulangan Buya Yunahar Ilyas ke Rahmatullah. Beliau ulama yang mumpuni, ilmu tafsir, hadis-nya sangat sangat dalam,” kata Shofwan, Jumat (3/1/2020).

Shofwan mengatakan, Yunahar memberikan tausiah atau pengajian, selalu sejuk didengarkan telinga serta merasuk ke dalam hati. Apabila menyampaikan kritik, almarhum selalu menyampaikan dengan halus.

“Almarhum merupakan ulama kelahiran Kota Bukittinggi. Selama ini, almarhum telah banyak memberikan sumbangsih terhadap Muhammadiyah Sumbar,” ujarnya.

Ia menginginkan generasi muda Indonesia agar meniru keteladanan Yunahar Ilyas. Terutama dalam penghayatan kedalaman ilmu.

“Kedalaman ilmu beliau harus patut kita contoh, terutama generasi muda. Almarhum selalu kontekstual, toleran dan punya rasa peduli yang sangat tinggi,” tuturnya.

Semasa hidupnya, kata Shofwan, Yunahar Ilyas telah menjaga eksistensi ulama asal Minangkabau. Bahkan di kancah dakwah internasional.

Shofwan mengatakan, sangat sedikit ulama Sumbar yang terkenal di pentas internasional. Sebelumnya, terdapat seperti Buya Hamka, Haji Agus Salim dan ulama-ulama besar asal Sumbar lainnya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menyebut, almarhum sebagai seorang ulama yang penguasaan ilmu nya mendalam. Khususnya dalam bidang tafsir, tabligh dan gaya komunikasi yang sederhana, sehingga mudah dicerna umat.

BACA JUGA  Kritik Syarat Pencalonan Capres-Cawapres 2024, LaNyalla: Harus Punya Integritas, Moralitas dan Intelektualitas

“Saya telah lama berkawan dan berinteraksi secara intens dengan Prof Yunahar sejak tahun 1980an, banyak teladan yang baik yang dapat diambil dari beliau,” ujar Haedar, sebagaimana dilansir situs resmi PP Muhammadiyah.

Ulama kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat pada 22 September 1956 ini dikenal sebagai sosok gigih dalam berdakwah. Pada 1980 selama bulan ramadhan (1402 H), Buya Yun didaulat untuk mengisi ceramah agama atas undangan Persatuan Pelajar Muslim se-Eropa (PPME) wilayah Jerman. Selain di Jerman, ia juga sering diundang ke Amerika Serikat (AS), United Kingdom (UK), Jepang, Taiwan, dan beberapa negara lain, termasuk kawasan Timur Tengah.

Keseriusannya berdakwah dibuktikan dengan mengikuti Pelatihan Da’I Internasional di Universitas Al Azhar, Kairo tahun 1988. Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini juga tampil di stasiun televisi. Ia rutin mengisi pengajian di stasiun televisi Muhammadiyah (TVMU) di program khusus “Ustadz Yun Menjawab”.

Dalam organisasi, ia aktif sejak mahasiswa. Antara lain, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Padang (1977-1979) dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Sumatera Barat (1978-1979).

Di Muhammadiyah menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP periode (1995-2000). Pernah juga, Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode (2000-2005). Lalu, Ketua PP Muhammadiyah sejak periode (2005-2010) sampai (2015-2020) Karena kepakarannya, ia didaulat menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 2005 sampai 2015, serta menjadi Wakil Ketua Umum MUI Pusat (2015-2020).

Buya Yunahar juga menulis buku. Banyak karya almarhum yang dijadikan rujukan bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, di antaranya adalah Kuliah Aqidah Islam, Kuliah Akhlaq, Tafsir Tematis Cakrawala Al Qur’an.

BACA JUGA  Diskusi Panel Universitas Paramadina, Global Economy: Reflections and Challenges for Indonesia Post G20 Presidency

Karya lain yakni, Feminis dalam kajian Tafsir Al Qur’an Klasik dan Kontemporer, Akhlaq Masyarakat Islam, Konstruksi Pemikiran Gender dalam Pemikiran Mufasir, Kisah Para Rasul yang diterbitkan berkala di Majalah Suara Muhammadiyah, Kesetaraan Gender dalam Al Qur’an, Studi Pemikiran Para Mufasir, dan Tipologi Manusia dalam Al Qur’an. Red

sumberLanggam.Id

Berita Terkait :

Prof. Dr. KH. Yunahar Ilyas,Lc Wakil Ketua MUI Wafat

Facebook Comments

- Advertisement -
- Advertisement -