Berada di Rumah Panggung ini seperti berada di sebuah panorama. Dari atasnya kita dapat memandang lepas ke sekeliling. Hamparan persawahan dan ladang masyarakat sungguh menyejukkan. Kehadiran gubuk petani menambah suasana kehidupan desa yang terasa damai.
“Rumah Panggung ini kami bangun pada 2019,” ujar Kasri, Ketua KBA Tabek, Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Tabek, Talang Babungo merupakan KBA (Kampung Berseri Astra) satu-satunya di Sumatera Barat. Terletak sekitar 60 km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Solok di Arosuka. Nagari yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Hiliran Gumnati ini, kini sedang berbenah menuju nagari sejahtera dan mandiri bersama program Astra.
“Talang Babungo masuk dalam program Astra sejak 2016,” tambah Kasri.
Nagari ini terdiri atas tujuh jorong, yakni Jorong Talang Barat, Talang Timur, Tabek, Taratak Jarang, Silanjai, Taratak Dama dan Jorong Bulakan. Sejak 2016, Talang Babungo dijadilan binaan Astra, melalui program Kampung Berseri Astra, yang dipusatkan di Jorong Tabek.
“Dua tahun menjadi Kampung Berseri Astra, Tabek mengalami perubahan di berbagai bidang,” ujar Kasri Sastra, Ketua KBA Tabek Talang Babungo.
Program Kampung Berseri ASTRA, jelas Kasri, menitikberatkan pengembangan pada empat aspek yakni pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan. Keempat aspek ini saling mendudukung, sehingga ia tumbuh dan berkembang secara bersamaan.
“Selalu ada perubahan yang dilakukan,” ujar Kasri.
Di bidang pendidikan, Astra berhasil mengubah ketikmungkinan menjadi mungkin. Melalui MIS Mualimin Tabek, Astra membuktikannya. Madrasah swasta ini, pada awalnya dikenal dengan sekolah kandang kuda, atau madrasah darurat dengan bangunan semi permanen, dan terlihat kotor, kini berubah menjadi madrasah yang difavoritkan masyarakat.
“Pada awalnya, madrasah tidak diminati karena lingkungan yang kumuh, guru kurang, sarana dan prasarana pendidikan terbatas, kini tumbuh menjadi Madrasah Sehat dan mendapatkan sertifikat adiwiyata provinsi, dan diburu siswa,” ujar Kasri menjelaskan.
Orang tua rela mengantar dan menjemput anaknya ke madrasah ini. Sekalipun ada SD lain yang lebih dekat, tetapi orang tua dari jorong berbeda memilih MIS untuk pendidikan anak-anaknya. Sudah ddipastikan setiap tahun ajara baru, MIS Mualimin Tabek banjir peserta didik baru.
“Kini MIS Mualimin bukan saja tumbuh menjadi madrasah sehat, sarana prasarana pun memadai, guru mencukupi, juga memiliki PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang masuk dalam Program Astra Green Energi,” tambah Kasri, yang ikut menjadi guru di MIS ini.
MIS Mualimin termasuk satu-satunya madrasah dan sekolah yang memiliki PLTS di Kabupaten Solok. Jika listrik mati, maka PLTS akan langsung bisa difungsikan, sehingga pekerjaan yang membutuhkan daya listrik tidak sampai terganggu.
Tabek bukan saja makin maju di bidang pendidikan, lingkungan, kesehatan dan kewirausahaan juga terus menggeliat. Jorong yang memiliki sejarah panjang pengilangan tebu ini, kini bukan saja dikenal secara nasional, dunia internasoional pun mulai mengenal Tabek, Talang Babungo.
Wisatawan dari Mesir, Turki, Swedia, Spanyol, Cina, Malaysia dan Vietnam, dan Jepang sudah pernah datang ke KBA (Kampung Berseri Astra) Talang Babungo. Para pengelola KBA Talang Babungo tetap menjalin komunikasi dengan para wisatawan mancanegara tersebut. Bahkan ada yang merasa mendapatkan keluarga baru di Tabek ini.
“Masuknya Astra ke Tabek, tak ubahnya seperti ruas bertemu buku,” jelas Kasri.
Masyarakat Tabek dikenal memiliki jiwa kegotongroyongan yang tinggi. Bantuan Astra berupa stimulan disambut baik oleh masyarakat. Sehingga nilai setiap program meningkat hingga 1000 persen, bahkan lebih.
“Pada 2019, dibangun Rumah Panggung,” ujar Kasri.
Bantuan Astra sekitar Rp10 juta, tetapi ratusan warga mau bergotong royong menyelesaikan pembangunan Rumah Panggung berukuran 4 x 20 meter dari rencana 4 x 100 meter. Nilai pembangunan tidak kurang dari Rp200 juta.
“Kami akan membangun Rumah Panggung terpanjang di dunia,” tekad Kasri.
Rumah Panggung yang dinamai dengan Rumah Pintar ini, jelas Kasri didampingi Asnimar, akan dibangun sebagai Rumah Panggung terpanjang di dunia yakni 4 x 100 meter. Nantinya akan bisa menampung sampai 1000 pengunjung atau lebih, yang ingin menggelar acara di sini.
“Sejak Rumah Panggung dibangun, tidak kurang dari 5000 wisatawan yang berkunjung ke KBA Talang Babungo ini,” tambah Asnimar, yang mengabdi untuk mengelola Rumah Pintar ini.
Sebelum pandemi, jelas Asnimar dan Kasri, nyaris setiap pekan ada permohonan dari berbagai instansi dan organisasi untuk menggelar acara di Rumah Panggung ini. Mereka biasaya memiliki terdiri atas 50 sampai dengan 100 anggota. Sehingga enam bulan sejak Rumah Panggung dimanfaatkan, tidak kurang dari 4.000 wisatwan domestik memanfaatkan Rumah Panggung ini.
“Kami ingin Merekat Indonesia dalam Panggung Budaya melalui Rumah Panggung ini,” ujar Kasri penuh keoptimisan.
Usaha untuk mewujudkan Rumah Panggung terpanjang di dunia dan diharapkan tercatat dalam The Guinness Book of Records bukan sebatas mimpi. Tonggak utama sudah mulai dibangun melalui swadaya.
“Kita optimis untuk membangun KBA ini menjadi lebih maju,” ujar Kasri, yang fasih berbahasa Arab dan Inggris ini.
“Rumah Panggung ini akan menjadi ikon KBA Talang Babungo,” jelas Kasri.
Begitu Rumah Panggung ini selesai dibangun, ia optimis dalam waktu setahun atau dua tahun sesudahnya, akan bisa meningkatkan perekonomian masyarakat Tabek, Talang Babungo ini. Wisatawan yang akan berkunjung makin banyak, home stay akan terisi setiap pekannya.
Rumah Panggung yang dinamai Rumah Pintar ini bukan saja akan menjadi panorama indah bagi wisatawan, tetapi akan menjadi pusat informasi bagi wisatawan yang ingin mengetahui sejarah Jorong dan Nagari di sini. Apalagi direncanakan adanya empat spot utama yakni spot Edukasi, Budaya, Lingkungan, Trucking Alam.
“Kita akan membuka beberapa paket wisata berbalut budaya,” jelas Kasri.
Wisata Budaya akan menjadi spot utama. Pengilangan tebu yang sudah berusia sekitar satu abad akan dihadirkan kembali dalam balutan budaya. Wisatawan diajak untuk merasakan bagaimana melakukan pengilangan tebu dengan tenaga manusia.
“Di bawah rumah panggung ini akan dibuka pasar budaya, yang menyediakan beragam penganan dan hasil kerajinan masyarakat,” jelas Kasri.
Kita optimis Rumah Panggung ini akan tercatat dalam The Guinness Book of Records,” jelas Kasri.
Untuk mewujudkan mimpi ini, jeas Kasri, Ia membutuhkan dana sekitar Rp200 juta. Dana ini untuk bahan utama pembuatan Rumah Panggung, sementara untuk membuatnya, masyarakat Tabek akan melakukan gotong royong.
“Nilai Rumah Panggung ini sekitar Rp1 Miliar lebih,” tambah Kasri.
Rumah Panggung terpanjang di dunia ini akan dibangun berukuran 4 x 100 meter. Dibangun di atas ruas jalan kampung. Pembangunannya pun tidak akan mengganggu ekosistem yang ada. Kendaraan bermotor dan pejalan kaki, tetap bisa memanfaatkan jalan yang sudah dibangun. Di samping itu, di hari-hari tertentu akan menjadi pasar tradisional.
Kasri mengakui jika sejak dibina oleh Astra, melalui program KBA (Kampung Berseri Astra), Talang Babungo tumbuh menjadi nagari yang penuh magnet. Talang Babungo sudah menerima penghargaan Proklim (Program Kampung Iklim) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, mendapatkan penhargaan adiwiyata dan madrasah sehat, serta memperoleh penghargaan nasional dalam lomba Posyandu.
KBA Talang Babungo terus menggeliat. Semangat masyarakat untuk menduniakan Tabek tak perrnah berhenti. Selalu ada mimpi besar yang dibangun. Rumah Panggung ‘Rumah Pintar’ diharapkan mampu merekat Indonesia dalam Panggung Budaya.
Dalam usia muda, sekitar empat tahun, KBA Talang Babungo sudah dikenal dunia internasional. Karena itulah, bukan saja ada keinginan merekat Indonesia melalui Panggung Budaya, tetapi memikat dunia melalui budaya. (Waitlem)
Baca juga:
Facebook Comments