spot_img

Seminar Nasional, UIN MY Batusangkar Hadirkan Guru Besar UIN Malang

Batusangkar SuhaNews – UIN Mahmud Yunus Batusangkar menghadirkan Prof. Dr Mudjia Rahardjo, mantan Rektor UIN Malang periode 2013-2017 sebagai narasumber seminar nasional, Jumat (28/10/2022) di Aula Kampus I UIN Mahmud Yunus, Batusangkar.

Seminar Nasional yang mengusung tema Menangkap Peluang Meneliti dari Fenomena Sosial di Lingkungan Sekitar ini dihadiri Direktur Pascasarjana UIN Mahmud Yunus Batusangkar Dr. Suswati Hendriani, M.Pd, Wakil Direktur Pascasarjana UIN Mahmud Yunus Batusangkar Wakil Direktur PPs Dr. H. Muhammad Yusuf Salam M, dosen dan mahasiswa program sarjana dan pasca sarjana UIN Mahmud Yunus Batusangkar.

Baca juga: Sawahlunto Jadi Tuan Rumah Seminar Nasional Jaringan Kota Pusaka Indonesia

“UIN Mahmud Yunus Batusangkar terus berbenah untuk meningkatkan kualitas para lulusan. Pascasarjana dan terus berjuang untuk memberikan fasilitas pendidikan yang berkualitas sesuai  Visi integratif dan interkonektif dalam keilmuan, berkearifan lokal, dan bereputasi global,” ujar Dr. Suswati Hendriani.

Berbagai kegiatan, jelas Direktur Pascasarjana ini, telah dilakukan untuk berprestasi global dengan bukti Jurnal Juris yang dimiliki UIN Batusangkar telah terindeks Scopus. Setiap tahun UIN rutin menggelar Batusangkar Internasional Confrence (BIC)  dengan mendatangkan narasumber akademisi dan guru besar dari dalam maupun luar negeri.

“Pascasarjana terus berjuang untuk memberikan fasiltas pendidikan yang berkualitas dan bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam hal memfasilitasi beasiswa dan bantuan pendikan untuk mahasiswa,” tambah Direktur.

Tujuan dari kegiatan seminar ini adalah adalah agar para civitas akademika memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam integrasi ilmu antara ilmu pengetahuan dengan teknologi terkini diharapkan juga dapat menjadi lahan ide bagi mahasiswa yang sedang mempersiapkan skripsi, tesis atau penelitian lain, sehingga semakin memotivasi peserta untuk belajar.

Prof. Dr Mudjia Rahardjo menyampaikan bahwa metode penelitian kualitatif lahir sebagai reaksi terhadap metode penelitian kuantitatif yang jauh lebih dulu ada dan dianggap bersifat mekanistis dan tidak mampu membongkar masalah secara mendalam.

BACA JUGA  Hadirkan Ketua Umum, PGRI Tanah Datar Gelar Seminar Nasional

Di samping itu, kurang menempatkan manusia sebagai makhluk berkesadaran dan intensional dalam bertindak, memandang segala persoalan kehidupan dalam hubungan kausalitas dan saling terkait, bertumpu hanya pada realitas yang tampak (empirik) dan tidak melihat sesuatu di balik yang tampak.

UIN
Dr. Suswati Hendriani, M.Pd

“Bagi metode penelitian kuantitatif, ukuran ilmiah (scientific) adalah sesuatu yang tampak (empirical). Apa saja yang tidak empirik tidak bisa dikategorikan sebagai ilmiah. Padahal, dalam kehidupan ini ada realitas yang tampak dan ada yang tidak tampak, malah jumlahnya jauh lebih banyak,” jelas Mudjia Rahardjo.

Metode penelitian kuantitatif, tutur Mudjia Rahardjo, dipandang tidak mampu menjawab persoalan yang memerlukan pemahaman (understanding) secara mendalam, melainkan penjelasan (explanation) yang bersifat umum.

“Jika penelitian kualitatif lebih menekankan kedalaman pemahaman, maka penelitian kuantitatif lebih menekankan keluasan cakupan,” tambah mantan Rektor UIN Malang ini.

Tentu saja telah menjadi sebuah dalil bahwa semakin luas cakupan, semakin tidak bisa mendalam. Sebaliknya, semakin mendalam, semakin tidak bisa mencapai cakupan yang luas. Karena itu, jelas guru besar UIN Malang ini, masing-masing metode memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga menanyakan mana yang lebih baik menjadi tidak relevan. Pilihan sebuah metode adalah pilihan sebuah tujuan penelitian. (Andra)

Baca juga: Bupati Agam Buka Seminar Kegawatdaruratan Medik RSIA Rizki Bunda

Facebook Comments

Google News