Pd. Panjang, SuhaNews. Seperti biasa pagi ini Jumat (7/2) Padang Panjang berselimut dingin, walau tak hujan maupun gerimis, embun melekat di jaket dan sarung pengunjung pasar. Walau menambah dingin tapi tak surutkan semangat mereka beraktivitas mengais rezeki, Senyum Amai dan Derap Langkah Uwan.
Kesibukan di pasar sayur Padang panjang telah dimulai sejak usai shalat Subuh. Sorak para kuli panggul meminta lewat berpadu dengan tawa para Amai-amai yang tengah menjual hasil ladangnya.
Dengan sedikit membungkuk para Uwan ini melangkah dalam keramain pasar membawa hasil bumi. Ada yang diantar ke atas mobil setelah sayuran ini bertukar tuan, atau dinaikan keatas timbangan untuk mengetahui beratnya.
Kesibukan seperti ini sudah menjadi pemandangan rutin di pasar Padang Panjang setiap “hari Balai”nya. Para petani dari nagari disekitar kota Padang Panjang datang membawa hasil bumi mereka berupa Lobak, Wortel, Bawai Perai, Seledri dan masih banyak lagi ragam sayuran.
Sayuran ini dibawa dengan menggunakan mobil pickup dan para “Amai” duduk berdesakan bersama sayuran. Ada juga yang dibawa naik oplet yang muatannya tak hanya di tenda tapi juga di belakangnya yang cukup sarat. Tak sedikit pula yang membawanya dengan sepeda motor.
Begitu ada mobil pickup yang masuk atau sepeda motor yang membawa sayuran, para toke berebur menawar. Beragam ekspresi saat tawar menawar ini, ada yang memelas, ada yang tersenyum bahagia. Dan tak jarang pula kadang terbawa emosi saat sayuran yang dibawa ditawar tak sesuai keinginan.
Namun yang jelas apapun ekspresinya, keramaian di pasar sayur Padang Panjang ini bukti hidupnya perekonomian di kota yang tersebut dalam kisah “Tenggelammnay kapal Van Derwijk” karya Buya Hamka dan melegenda itu.
catatan : Uwan, sebutan untuk lelaki di Padang Panjang atau Uda. Amai, sebutan untuk ibu.
Foto : Jimmy Azta narasi : Fendi Moentjak
Baca Juga :
Facebook Comments