Pariaman, SuhaNews – Teh Talua merupakan minuman khas Minangkabau. Minuman energi yang memiliki cita rasa unik dan khas ini, tidak akan ditemukan di daerah lainnya di Indonesia, kecuali di warung milik urang awak.
“Kami juga memiliki minuman khas Teh Talua Jahelo Hijau,” ujar Rasmiwati, Ketua Kampung Apar Inovation Center (KAIC), Kota Pariaman.
Teh Talua Jahelo Hijau, tidak ada duanya. Satu-satunya minuman khas Kampung Apar Inovation Center. Minuman ini seringkali dipesan khusus, ketika ada acara yang menghadirkan tamu dari luar daerah.
“Kalau ada tamu dari pusat, baik pejabat dari eksekutif maupun legislatif, Teh Talua Jahelo Hijau biasanya dipesan khusus,” tambah Cimi, begitu Rasmiwati biasa dipanggil.
Bagaimana cara membuatnya? Cimi tidak memperagakannya. Namun jika ingin menikmati citarasanya yang khas, datang saja ke KAIC yang berada di Desa Kampung Apar, Kecamatan Pariaman Selatan, Kota Pariaman, Sumatra Barat.
Baca juga: Andree Algamar Sebut Pameran Seni Internasional UNP Dorong Kreativitas dan Inovasi

“Kami bisa menyajikan Teh Talua Jahelo Hijau setiap saat,” ujar Cimi.
Teh Talua Jahelo Hijau merupakan perpaduan antara Teh Talua dan Jahelo, minuman serbuk jahe instan, khasnya KAIC. Jahelo perpaduan antara jahe, kencur, kulit manis, gula pasir dan gula aren, yang diolah secara tradisional.
Sebelum dikenal dengan Kampung Apar Inovation Center, papar Cimi, ia hanya melakukan langkah kecil, yakni rasa peduli terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian itulah yang memanggilnya untuk mendirikan Bank Sampah Sahabat Alam.
“Bank Sampah Sahabat Alam ini didirikan pada tahun 2017,” jelas Cimi.
Keinginannya untuk mendirikan bank sampah, tutur Perempuan 40 tahun ini, diawali dari rasa prihatinnya melihat sampah yang dibuang sembarangan, terutama sampah anorganik. Selain memperlihatkan kesan kumuh, ada nilai ekonomi yang ikut terkubur di sana.
“Pada awalnya, saya berusaha mengumpulkan, memilih dan memilah sampahnya sendiri, terutama sampah yang ada di rumah,” papar Cimi.
Ia tidak pernah membayangkan bakal mendirikan bank sampah, apalagi dipercaya sebagai Ketua KAIC ini, sebab ia benar-benar melakukan langkah kecil, yakni mengumpulkan sampah rumah tangga hariannya.
“Ketika sampah terkumpul, lalu dipilih dan dipilah, ternyata ada yang membeli,” jelas Rasmawati.
Ia berbagi pengalaman kepada tetangga. Tetangga pun mengikuti langkah kecilnya. Berangkat dari langkah kecil itulah, Cimi bersama beberapa tetangga sepakat untuk mendirikan Bank Sampah Sahabat Alam (BSSA) pada 2017.
“Setelah BSSA berdiri, beberapa warga mulai mengantarkan sampah ke BSSA,” jelas Cimi.
Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kian berkurang warga yang mengantarkan sampah organik maupun anorganik ke BSSA. Bahkan, saat ini BSSA tidak lagi menerima kiriman sampah sama sekali.
“Kita justru senang dan gembira, karena sampah tidak lagi mengotori pekarangan rumah dan warga mulai menyadari adanya nilai ekonomi pada sampah yang sudah dipilih da dipilah tersebut,” jelas Cimi.
Setelah tidak lagi menerima sampah anorganik dari warga Kampung Apar, BSSA justru mendapatkan kiriman sampah dari Pulau Bando dan Pantai Tiram, Kabupaten Padang Pariaman.
“Ada kiriman sampah anorganik dari Pulau Bando dan Pantai Tiram berkisar 70 s.d 80 kg setiap pekan,” jelas Ketua BSSA ini.
Pendirian BSSA, jelas Rasmiwati, pada dasarnya memang bukan untuk mendapatkan profit, keuntungan atau mengejar nilai ekonomi, melainkan menyelamatkan lingkungan dari pencemaran sampah anorganik.
“Masyarakat menjadi sadar, jika sampah juga bernilai ekonomi, jika dikelola dengan baik,” tambah jebolan IAIN Imam Bonjol Padang ini.
BSSA seperti minyak wangi, yang dihembus angin, menyebar makin jauh. Setelah mendapat dukungan dari Camat Pariaman Selatan, BSSA juga dihampiri Pemko Pariaman.
“Begitu ada lomba kebersihan atau Adipura, Dinas Likungan Hidup Kota Pariaman mengunjungi Bank Sampah Sahabat Alam,” jelas Rasmiwati.
Kampung Apar melalui BSSA ini, bukan hanya menjadi juara tingkat Kota Pariaman. Ketika digelar lomba Gerakan Sumbar Bersih (GSB), Kampung Apar yang menjadi duta Kota Pariaman mampu meraih peringkat II di Sumatera Barat.
Bukan hanya itu, Kampung Apar ini juga berhasil meraih Dasawisma Berprestasi tingkat Sumatera Barat pada 2018. BSSA kian berkibar. Semula hanya gerakan tetangga, lalu dikenal di tingkat Kecamatan, terus menjulang ke kota, dan makin naik ke tingkat provinsi.
“BSSA juga mampu mencuri perhatian Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara untuk memberikan CSR (Corporate Social Responsibility),” tambah Rasmawati.
CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara diwujudkan melalui program Desa Energi Berdikari di wilayah Area Operasi Depo Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Minangkabau.
CSR inilah yang menjelma menjadi Kampung Apar Inovation Center (KAIC). PT Pertamina (Persero) terus menambah jumlah desa penerima manfaat program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Desa Energi Berdikari. Hingga akhir Juli 2023 sudah terdapat 52 lokasi Desa Energi Berdikari di seluruh wilayah Indonesia.
Yang terbaru, Pertamina melakukan instalasi Energi Terbarukan berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya dengan total 33.250 watt peak (WP) di 5 lokasi yaitu Desa Kalijaran di Cilacap, Desa Wisata Danau Shuji di Muara Enim, Desa Tanjung Karang di Aceh Tamiang, Desa Kampung Apar di Pariaman, dan Desa Pulau Semambu di Ogan Ilir.
Baca juga: Kolaborasi UPER dan Pertamina, Ini Gelaran E-Sport Pertama yang Manfaatkan Energi Terbarukan
Melalui Kampung Apar Inovation Center (KAIC) ini beragam kegiatan pemberdayaan masyarakat dilakukan. Kini, KAIC telah memiliki usaha budidaya Melon Golden Apollo Hidroponik dengan Sistem Dutch Bucket, tanaman hydroponic, rumah maggot, dan usaha ekonomi kreatif.
“Budidaya melon golden hidroponik ini telah dimulai sejak tahun 2022. Pada awalnya dengan sistem irigasi tetes dengan media tanam cocopeat (sabut kelapa yang giling halus), sekarang telah menggunakan Sistem Dutch Bucket ,” ujar Ketua KAIC, Rasmiwati.
“Maggot yang diolah KAIC ini berasal dari limbah organik, seperti sisa-sisa makanan, limbah pertanian, atau limbah kotoran ternak,” jelas Rasmiwati.

Selain diolah menjadi pupuk kompos dan bahan bakar biogas, hasil pengolahan sampah organik ini juga dimanfaatkan untuk pakan alternatif untuk ternak, seperti ikan dan unggas,” jelas Rasmiwati.
“Warga Kota Pariaman yang membutuhkan ulat untuk umpan memancing dan makanan burung, juga kami layani,” jelas Rasmiwati.
Sampah rumah tangga yang selama ini sering dibuang melalui saluran irigasi atau di belakang rumah, kini diolah oleh KAIC menjadi bernilai ekonomi tinggi melalui rumah maggot.
“Dalam seminggu, KAIC bisa menerima sampah organik, yang berasal dari sampah rumah tangga tersebut mencapai 200 Kg lebih,” jelas Rasmiwati.
Sampah rumah tangga tersebut, jelas Rasmiwati, tidak pernah menumpuk di sekitar KAIC karena langsung diolah dalam rumah maggot.
“Semuanya menjadi begitu bernilai,” tambah Rasmiwati.
Dalam rangka memberdayakan masyarakat, jelas Rasmiwati, KAIC juga memiliki usaha ekonomi kreatif seperti minuman penghangat tubuh Jahelo, Kapa Ladu, rajutan, bordir dan sulaman.
Raih Proper Emas
Penerapan Energi Baru Terbarukan di KAIC, jelas Rasmiwati, mengantarkan Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut meraih penghargaan Proper Emas pada 2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
“Keberhasilan ini tidak terlepas dari Program KAIC dalam melakukan inovasi smart farming berbasis teknologi digital,” jelas Rasmiwati.
Rasmiwati tidak pernah menduga jika inovasi yang dilakukannya bakal mendapatkan Proper Emas. Ini merupakan penghargaan tertinggi dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Langkah kecil, yang digerakkan dari hati membuat KAIC kian terasa besar. Dihargai secara Nasional.
Kini KAIC bukan hanya menjadi milik Kampung Apar. KAIC telah menjadi milik Kota Pariaman, menjadi milik Provinsi Sumbar, bahkan menjadi milik Nasional. Wewe
Baca juga: Inovasi Sampah, Mahasiswi Universitas Pertamina Diganjar Dana Komersialisasi 5 Ribu Dolar



Facebook Comments