SuhaNews – Hidroponik merupakan salah satu cara bercocok tanam khusus sayuran dengan temlat minimalis dan hemat tempat, namun seringkali upaya ini gagal. Mahasiswa Universitas Pertamina (UPER) memberikan solusi agar cara ini berhasil
Sejak awal Juni 2022, terjadi lonjakan harga bahan pangan di sejumlah pasar tradisional. Di Jawa Tengah, pada Kamis (21/7/2022), Pemerintah Provinsi (Pemprov) turun tangan melakukan operasi pasar untuk menstabilkan harga pangan pokok strategis.
Sementara itu, dalam kunjungan Gubernur Jawa Tengah ke Pasar Manis Banyumas, Senin (18/07/2022), pedagang mengeluhkan harga sejumlah komoditi sayur yang melambung. Kangkung misalnya, yang biasa dijual dengan harga 2000 rupiah perikat, menjadi 3000 rupiah perikat.
Agar warga dapat memenuhi kebutuhan sayur secara mandiri, enam mahasiswa Universitas Pertamina (UPER), membina masyarkat Lorong Karang Anyar, Palembang bercocok tanam melalui metode hidroponik.
Kenam mahasiswa lintas program studi asal Palembang tersebut adalah: M. Agung Pradana (Program Studi Manajemen); Ahmad Hardiyansyah (Program Studi Teknik Kimia); Irdyna Syachira (Program Studi Teknik sipil); Ismail Marosy (Program Studi Teknik Sipil); Dewi Mirah Rezki (Program Studi Teknik Geologi); dan Putri Monika Pratami (Program Studi Teknik Logistik).
“Selain mencukupi kebutuhan pangan para anggota kelompok tani, kami juga menjual hasil panen ke masyarakat sekitar dengan harga yang relatif lebih murah. Kami juga dipercaya menyuplai kebutuhan sayuran ke salah satu hotel besar di Palembang, hingga mencapai delapan kilogram,” ungkap M. Agung Pradana, ketua tim, dalam wawancara daring, Jumat (22/07/2022).
Dalam bercocok tanam dengan metode hidroponik, menurut koordinator lapangan, Ahmad Hardiyansyah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Mahasiswa UPER yang sudah memiliki ketertarikan dengan hidroponik sejak di bangku sekolah tersebut, merangkumnya sebagai berikut:
1. Pilih Sistem Hidroponik yang Terjangkau
Untuk pemula misalnya, menurut Hardiyansyah, sistem hidroponik yang bisa dipilih adalah sistem sumbu atau wicking. “Sistem hidroponik ini dinilai paling cocok untuk pemula karena sederhana, murah, dan perawatannya mudah. Ditambah, tidak memerlukan alat khusus seperti pompa atau listrik,” terang Hardiyansyah.
Sementara itu, Hardiyansyah dan tim memilih sistem Nutrient Film Technique (NFT). “Karena tujuan awal kami, selain untuk ketahanan pangan, juga ada keinginan untuk mengembangkan budidaya ke arah komersil. Dari hasil penelitian serta kajian literatur, kami menemukan bahwa metode NFT adalah yang paling sesuai untuk menyuplai kebutuhan sayur dalam jumlah banyak. Meskipun membutuhkan modal yang cukup besar, beruntungnya, kami mendapat dukungan dana dari kampus,” jelas Hardiyansyah.
2. Pilih Jenis Sayuran Sesuai Kebutuhan
Pemilihan jenis sayuran, lanjut Hardiyansyah, juga harus diperhatikan. Untuk tujuan konsumsi misalnya, tim sangat menyarankan memilih jenis sayuran yang cepat panen. Sementara untuk komersil, pilihlah sayuran yang suplainya sedikit di pasaran namun sangat diminati. Sayuran ini akan memiliki nilai jual yang tinggi.
“Beberapa jenis sayuran yang saat ini kami budidayakan adalah pakcoi dan selada dengan masa panen kurang lebih dua minggu. Ada juga kangkung dengan masa panen satu bulan. Dan yang terakhir sawi manis dengan masa panen dua bulan. Dari hasil budidaya ini, kami telah menghasilkan keuntungan mencapai 20 hingga 25 persen dari biaya raw material,” tutur Hardiyansyah.
3. Telaten dalam Setiap Tahapan
Agar dapat bertahan untuk jangka waktu panjang, dikatakan Hardiyansyah, tanaman hidroponik harus dirawat dengan telaten. “Misalnya, dalam pemberian nutrisi AB mix, harus diperhatikan secara teliti takaran dan cara pencampurannya. Jangan sampai terlalu sedikit, atau justru kebanyakan. Pertumbuhannya juga harus diamati setiap hari,” pungkasnya.
Untuk meminimalisir hama, tim menggunakan pestisida alami berupa cairan rendaman kulit bawang sebanyak 10 tetes yang dicampur dengan 500 hingga 1.000 mL air. Tim juga memasang fiber transparan agar tanaman mendapat pencahayaan matahari yang cukup. Tak lupa, memastikan arus air tidak terlalu kencang, agar tanaman bisa menangkap pupuk dan nutrisi dengan baik.
Tak hanya terjun langsung ke lapangan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam, dikatakan Irdyna Syachira, koordinator acara, tim juga membuka forum diskusi dan konsultasi melalui media sosial. “Kami secara rutin mempublikasikan kegiatan untuk menarik minat publik, serta memberikan tips and trick metode hidroponik,” terang Chira.
Bagi siswa-siswi yang ingin bergabung dengan Universitas Pertamina (UPER), saat ini kampus besutan PT Pertamina (Persero) tersebut sedang membuka pendaftaran non tes, yakni Seleksi Nilai Rapor dan Seleksi Nilai UTBK untuk Tahun Akademik 2022/2023.
Universitas Pertamina juga menyediakan beasiswa dengan nilai total mencapai 23 Milyar Rupiah. Informasi lengkap terkait program studi serta syarat dan ketentuan pendaftaran dapat diakses di laman https://universitaspertamina.ac.id/pendaftaran
Berita TErkait :
- Akselerasi Transisi Energi, Gubernur Bali Gandeng Universitas Pertamina
- Mahasiswa Universitas Pertamina Tawarkan Solusi Mitigasi untuk Wilayah Rawan Gempa
- Inovasi Machine Learning Mahasiswa Universitas Pertamina Dukung Digitalisasi Industri Migas
- Cerita Alumni Universitas Pertamina: Raih Beasiswa Hingga Kerja di Perusahaan Ternama
- Briket Tempurung Kelapa, Solusi Bahan Bakar Ramah Lingkungan dari Universitas Pertamina
- BPBD Waspadai Kekeringan, Ini Solusi Mahasiswa Universitas Pertamina
- Wisuda ke 6 Universitas Pertamina, Sociopreneur: Tren Karir Baru Bagi Millenials dan Gen Z
- Dorong Gen Z Hasilkan Konten Berkualitas, Universitas Pertamina Sediakan Beasiswa
- Sekolah Wirausaha Universitas Pertamina, Para Ahli Berbagi Kiat Untuk Wirausaha Muda
- Ditangan Mahasiswa Universitas Pertamina, Sampah Dapur jadi Hand Sanitizer
Facebook Comments