SuhaNews – Seiring dengan perkembangan bisnis transportasi angkutan darat khususnya angkutan orang (bus) Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), istilah-istilah yang ada pun mengalami perubahan, salah satunya istilah maranjau.
Istilah maranjau ini populer hingga bisnis bus AKAP mengalami kebangkitan di era tahun 2016 dan 2017. Istilah ini diberikan kepada bus yang berangkat dari titik awal hingga terminal Bareh Solok, dan selanjutnya penumpang bus ini dipi dah ke bus yang berangkat ke kota tujuan seperti Jakarta dan Bandung.
Saat itu, bisnis bus AKAP terjepit oleh murahnya harga tiket pesawat, sehingga operator bus yang terus bertahan harus mengakali biaya operasional dengan memberangkatkan armada lebih sedikit tanpa mengurangi titik keberangkatan.
Misalnya bus yang titik berangkatnya dari Payakumbuh akan mengambil penumpang di Bukittinggi, Padang Panjang dan Batusangkar kemudian nanti bertemu dengan bus yang berangkat dari Pariaman / Padang di Terminal Bareh Solok. Disinilah penumpang disatukan hingga ada satu bus yang penuh berangkat menuju pulau Jawa.
Meski telah digabung, tak jarang juga seat yang tersedia tidak penuh karena rendahnya jumlah penumpang. Sisi lain dari maranjau ini, sering penumpang bertengkar dengan awak bus atau agen karena perubahan nomor bangku akibat penggabungan ini.
Namun sisi baiknya, penumpang yang didapat oleh bus yang meranjau baik melalui loket / agen ataupun yang naik di jalan tetap dimasukan ke dalam surat jalan oleh agen atau check point di terminal Bareh Solok.
Can (55) salah satu pengemudi bus AKAP jurusan Sumbar – Jabodetabek / Bandung saat ditemui di terminal Bareh Solok kepada SuhaNews mengungkapkan nostalgianya saat meranjau bersama salah satu PO legendaris Ranah Minang.
“Dulu berangkat satu trip, kita dapat bagian meranjau dua kali sampai dapat giliran lagi berangkat menuju Jakarta. Penumpang banyak yang memilih naik di jalan, nanti di TBS dimasukan surat jalan oleh agen Solok. Sekarang sudah jarang yang naik dijalan, karena rata-rata seat sudah terjual oleh agen yang sekarang sudah menyebar dan menjual tiuket juga sudah pakai aplikasi,” ujar Can.
Disebutkannya, sekarang kalaupun dapat piket itu tak lebih dari satu kali, karena sekarang trip sudah lancar. Sehingga para awak bus tak perlu menunggu lama menunggu giliran berangkat.
Sekarang istilah ini sudah jarang disebut oleh para awak bus, yang ada sekarang istilah piket. Itupun terjadi saat penumpang memasuki masa sepi, walau masih ada, penumpang yang memilij naik di jalan tidak sebanyak dulu lagi. Hal ini dikarenakan loket penjualan tiket resmi sudah banyak, hampir ada di setiap nagari sepanjang rute yang dilalui bus AKAP. Ditambah lagi kemudahan membeli tiket secara online melalui aplikasi penjualan tiket ataupun aplikasi yang dimiliki sendiri oleh PO bus. Moentjak
Berita Terkait :
- Tak Mau Kalah, PO Miyor Hadirkan Bus Tronton Mercedes Benz OH2542
- PO. MIYOR Perluas Layanan Bagolek Class Sampai ke Pesisir Selatan dan Pariaman
- PO. Sembodo Berikan Diskon Tiket 25 Ribu pada Semua Kelas
- Tak Ada Habismya, PO MIYOR Kembali Rilis 2 Armada Baru Dream Class
- PO. Alhijrah Berangkatkan 4 Penumpang Yang Beruntung Umrah ke Tanah Suci
- Pengguna Pertama, Bus AlHijrah Volvo B11R Sampai di Ranah Minang
- Sebelum Mengaspal ke Sumbar, Armada Baru Alhijrah Volvo B11R Roadtest ke Bogor
- Al Hijrah Launching 12 Unit Bus Baru Bermesin Volvo B11R
Facebook Comments