MTQ Virtual, antara Sakral dan Viral
Oleh : Bukhari. M.A. ( Qori sekaligus Dewan Hakim MTQ dan Guru PAI )
Melihat dan mengamati perkembangan teknologi dan informasi hari ini membuat berkembangnya ide dan kreativitas juga melaju pesat dan hanya dengan satu kali pencet saja.
Semuanya apa yg ada dalam fikiran jika kita ingin mencari dan membacanya dengan mudah yang diperoleh dari aplikasi yang disebut dengan Mbah Google.
Bahkan media ilmu pengetahuan kita, pelajar, mahasiswa, praktisi dan akademisi serta para pakarpun juga tidak pernah luput dari ketergantungan nya kepada google ini.
Yang lebih miris lagi hari ini para siswa kita dituntut Daring dengan Work From Home atau PJJ sehingga siswa kita seolah dipaksa dari bangun tidur hingga tidur kembali maka terjadilah reinkarnasi malin kundang abat modern kenapa ini bisa terjadi? Alasannya adalah berkurangnya interaksi aktif antara orang tua dengan anaknya.
Tentu kita berharap semoga dampak positif dari kemajuan teknologi dan informasi hari ini membuat berkembang pula kemampuan kebenaran akal dan keilmuan kita sehingga tidak menabrak sendi sendi kebenaran hakiki.
Apa yang hendak kita maksud dengan tulisan ini adalah bahwa hari ini beredar kegiatan beberapa lembaga atau instansi dan lembaga sosial yang sangat marak melaksanakan MTQ Musabaqah Tilawatil al_Quran dimasa pandemi ini dengan sistem VIRTUAL yg penayangan nya melalui Youtube, live TV seperti Lomba Hafiz dengan sistem juara nya berdasarkan banyaknya jumlah SMS yang masuk dengan mengetikkan kata2 kunci , LIKE dan Sabscrible, tentunya sistim penilaian ini sangat jauh menyimpang dari kesakralan penilaian per MTQ an yang sangat sarat dengan banyaknya item yg mesti diamati oleh seorang penilai.
Bahkan dalam MTQ tersebut untuk satu orang peserta saja harus membutuhkan 3 sampai 12 orang dewan hakim yang sudah sangat profesional dan diakui kemampuan keilmuan.
Sementara jumlah kirimnya saja ditentukan sesuai dengan tingkatan lombanya. Sebut saja bidang Tajwid, Irama, Adab Fashahah yang masing item nya memiliki banyak komponen. Ini semua yang penulis maksud bahwa sistem penilaian dengan Like dan Sabscrible yang banyak ini sangat menciderai kesakralan penilaian per MTQ an.
Yang sangat kita khawatirkan adalah jika ada peserta yg keluarganya banyak dan menyukai media sosial ini namun kemampuan keilmuannya dalam membaca ALQURAN masih jauh dari ketentuan penilaian yg sah, namun like, sms, dan Sabscrible nya banyak maka bisa dipastikan bahwa dia pemenangnya.
Pada hal pada posisi lain pembaca yang lain adalah pembaca yang hebat namun sedikit poling sms nya maka dia sangat dirugikan.
Oleh sebab itu persoalan ini sangat baik untuk ditela’ ah dan dikaji lagi oleh kita semua, demi menyelamatkan sebuah substansi kebenaran penilaian dan kesucian Al quran.
Menurut hemat kita semua maka perlu kiranya pihak kementrian agama, MUI, ketua LPTQ provinsi, lembaga Tahun, para guru dan pemerhati alquran untuk mengkaji dan menelaah serta mengambil sebuah kebijakan proporsional.
Wassalam..
baca juga :



Facebook Comments