Minat baca buku?
Oleh Tasrif
Membaca buku suatu keharusan agar bisa membuka cakrawala untuk membuka wawasan berpikir agar lebih baik. Membaca buku memberikan manfaat yang lebih baik untuk menambah wawasan keilmuan agar lebih paripurna akan apa yang kita lakukan selama ini.
Kegemaran orang dalam membaca setiap bulan menyisihkan belanja untuk membeli buku baru atau buku yang sesuai dengan bidangnya di toko buku yang berada di tempat Kota nya. Di Kota Padang ada toko buku Sari Anggrek, toko buku Gramedia, toko buku di Masjid Muhammadiyah Sumatera Barat dan lainnya. Mereka membeli buku minimal satu buku setiap bulan dia beli untuk menambah koleksi perpustakaan pribadinya. Apabila 12 buku sudah 12 buku yang berbobot pada pribadinya.
Lihatlah para pemimpin bangsa dahulu, seperti Bung Hatta, begitu banyak koleksi perpustakaan pribadinya dan bahkan cinta pertamanya adalah buku. Banyak menulis dan berkarya dengan buku dalam berbagai bidang yang diembannya.
Goresan penanya sangat luar biasa sekali sehingga membuat pembaca terkesima dibuatnya.
Begitu pentingnya Membaca buku sehingga pikiran yang tajam dan brilian dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi.
Namun, generasi sekarang yang katanya generasi miliniel pada masanya lebih banyak kepada media sosial, genggaman jemarinya tak lepas setiap waktu. Mau tidur, mau makan, mau beribadah selalu memegang HP Android. Bahkan ada adekdok, sibuk online. Anak game online, dan semuanya online tanpa batas. Habis waktunya dengan online sehingga kapan waktu untuk membaca buku. Apalagi untuk Membaca Al-Qur’an hilang sama sekali.
Inilah akibat begitu derasnya kemajuan teknologi tanpa batas.
Padahal, apabila kita pergunakan dengan baik dapat memberikan manfaat yang lebih baik akan apa yang dilakukannya.
Dalam rilis pada tahun 2024 dari Majalah Ceoworld melakukan survei terhadap 6,5 juta orang di 102 negara. Survei ini berusaha mencari tahu frekuensi Membaca buku responden per tahun. Indonesia berada pada rangking ke 12 dari 102 negara.
Jangan heran kita sebagai konsumen banyak lebih dari menerima segala informasi yang ada. Kita lebih banyak membaca media sosial, bahkan yang paling sibuk dalam komentar di jagat maya.
Sekarang banyak buku lebih kepada buku digital dibandingkan buku manual karena biaya cetak buku agak mahal dan barang tentu harga buku juga terasa mahal untuk dibeli, jarang yang dibawa 100 k, buku yang berbobot lebih banyak harganya diatas 100 k, sehingga mengurangi daya beli. untuk permintaan buku-bukunya, apalagi buku Best seller untuk selalu dicari bagi peminat buku.
Apabila ingin lebih minat untuk membaca. Buku, tentu digerakkan literasi membaca buku.
Kalau perlu diberikan subsidi bagi penulis buku untuk mencetak bukunya lebih banyak sehingga tidak menjadi biaya mandiri saja.
Kebanyakan mencetak buku,dibiayai langsung oleh para penulis buku mulai dari editor, mencetak dan menerbitkan bahkan menjual buku hanya kepada penulis buku.
Kita buku-bukunya tidak laku, hanya dijadikan sebagai perpustakaan pribadinya yang bisa dinikmati bagi yang mau meminjam buku pustaka pribadi yang menjadi koleksi secara tersendiri.
Membaca buku dan menganalisis dari hasil bacaan memberikan nuansa tersendiri dalam menambah wawasan dalam membuka cakrawala berpikir.
Pariaman, 030924
BACA JUGA :
- Tasrif, M.Pd : Kebersihan, Terjauhkan Diri dari Penyakit
- #2 Sejuknya Hujan, Hangatnya Kepedulian: Mari Selamatkan Bumi
- #3 Menemukan Keseimbangan: Efisiensi dalam Perspektif Islam
- #4 Motivasi Kerja: Antara Kebutuhan Manusia dan Pengembangan Diri
- #5 Peran Pemuda dalam Membangun Indonesia Emas: Pendidikan, Moral, dan Kepemimpinan
- Jauhi Sifat Orang Munafik
Facebook Comments