Rahmah El-Yunusiyyah, Kisah Seorang Bidan
oleh : Hendra Sugiantoro, perekam jejak Rahmah El-Yunusiyyah
Keringat seorang ibu bercucuran. Panik pun tak tertahan. Di dalam kereta api itu, anaknya merintih kesakitan. Tak disangka jika perjalanan dari Padang menghadapi nasib anaknya hendak melahirkan.
Tak mungkinlah memaksa anaknya yang mulas sampai Sawahlunto tujuan. Stasiun Padang Panjang di hadapan. Turunlah mereka dan memanggil delman.
Mereka selekas mungkin harus ke rumah sakit atau seorang bidan. Kusir pun mengantar dan bersualah dengan seorang perempuan di halaman.
Sebelum mengetahui nasib perempuan yang akan melahirkan itu, mari kita simak buku Rahmah El-Yunusiyyah dalam Arus Sejarah Indonesia (2021: 28-29), “Saat berusia kepala tiga, sekitar 1931-1935, Rahmah belajar ilmu kebidanan dan ilmu kesehatan yang diajar oleh dr. Sofyan Rasyad dan dr. Tazar di Rumah Sakit Umum Kayutanam. Ilmu itu juga ia pelajari dari dr. Abdul Saleh di Bukittinggi, dr. Arifin di Payakumbuh, serta dr. Rasyidin dan dr. A. Sani di Padang Panjang. Bahkan, dari belajar ilmu itu, Rahmah mendapatkan izin praktek dari dokter.”
Kusir delman mengantar ibu dan anak perempuannya tidaklah salah. Di halaman itu terlihatlah Rahmah El-Yunusiyyah (1900-1969).
Dipapahlah perempuan hamil itu memasuki rumah. Rahmah pun menatap perempuan yang terbaring lemah. Sepenuh cekatan, ia membuat sang ibu yang menunggu tersenyum cerah. Anak perempuannya selamat, sang cucu lahirlah sudah.
Kisah kelahiran bayi dibidani Rahmah itu dipaparkan Zamzami Kimin dalam Sekelumit Kenang-Kenangan Terhadap Aktivitas Mendiang Kak Rahmah El-Yunusiyyah (1960-1969). Bayi mungil berjenis kelamin perempuan itu lantas diberi nama Rahmah oleh orangtuanya (Lihat Buku Peringatan 55 Tahun Diniyyah Puteri Padang Panjang,1978, hlm. 249-250).
Kisah lain Rahmah sebagai bidan pun bisa berbuah hidayah terang.
Saat itu datanglah laki-laki Cina meminjam uang.
Biaya persalinan di rumah sakit tak punya, sang istri sudah mengerang.
Laki-laki Cina disuruh pulang. Tak perlu dipikir pusing soal uang. Hari itu pula menyusullah Rahmah ke rumah pasangan Cina. Pukul 11.00 siang, dari kandungan, keluarlah seorang bayi putra.
Suami-istri Cina itu sungguh menghargai jasa. Atas peran Rahmah, anak laki-lakinya selalu mendengar cerita.
Hanya Tuhan lebih tahu segala.
Anak itu memeluk Islam saat dewasa.
Sembari berjualan obat, ia pun berdakwah mengelilingi Sumatera Barat. “…dalam berdakwah itu selalu dia ceritakan, bahwa dia seorang keturunan Cina dari Padang Panjang yang ketika lahirnya ke dunia telah disambut oleh kedua tangan Ibu Rahmah El-Yunusiyyah…,” tulis Zamzami Kimin.
Tak ada keterangan siapa nama bayi Cina yang akhirnya sebagai pendakwah. Tentu saja, namanya bukan Rahmah.
Kisah Rahmah sebagai bidan berserak di Sumatera Barat. Memang tak semua kisah tercatat. Kakek-nenek dan ayah-bunda yang masih hidup mungkin masih memahat.
Yang unik, kisah Rahmah sampai kuyup peluh. Suara yang mau melahirkan sangatlah mengaduh. Dengan hati-hati, Rahmah mengeluarkan bayi sapi berposisi sungsang. Lapang! Rahmah El-Yunusiyyah senang. Induk sapi yang melahirkan itu diam-diam riang. Wallahu a’lam.
Tulisan Lainnya :
- Rahmah El-Yunusiyyah dan Keteladanan Guru
- Kisah Aini dan Pesan Rahmah El-Yunusiyyah
- Seruan Rahmah El-Yunusiyyah untuk Para Guru
- Rahmah El-Yunusiyyah: Menjadi Guru, Tugas Suci Agama dan Bangsa!
- Syekh Abbas Abdullah dan Rahmah El-Yunusiyyah, Panas Dingin Politik
- Hijrah dan Spirit Rahmah El-Yunusiyyah
- Malam Idul Adha 52 Tahun Lalu, Rahmah El Yunusiyyah Wafat
- Mengenal Rahmah el Yunusiah, Ibu Pendidikan Indonesia
- “Etek Amah” Pertama Kali Kibarkan Merah Putih di Padang Panjan
- “Sabai dan Midun” 2 Robot Pelayan Cafe Ciptaan Diniyah Puteri
- Dina Yulesti Lulusan Tertbaik STIT Rahmah El Yunusiah Padang Panjang
- In Memoriam Zainuddin Labay, Tokoh Besar Itu Pergi 2 Hari Jelang Idul Adha
Facebook Comments