Kritik Al Maun
Oleh: Duski Samad, Guru Besar UIN Imam Bonjol
Al Maun adalah nama ke 107 dari 114 Surat dalam alquran. Al Maun akar katanya sama dengan maunah, artinya ayo membantu. Surat al Maun tergolong surat Makkiyah, turun di Mekah sebelum Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah.
Sebab turunnya surat ini dalam riwayat disebutkan ketika penguasa dan pengusaha Makkah sebagai pusat perdagangan, metropolitan di masanya, gaya hidup mereka begitu anti sosial, tidak memprioritaskan ibadah dan bergaya hidup mewah, pamer kekayaan sehingga jurang antara si miskin dan kaya begitu dalam adanya.
Salah seorang tokoh elit Makkah Abu Syofyan yang suka pamer harta menunjukkan sikap melalui kegiatannya setiap minggu berpesta dengan sesama pejabat dan pengusaha dengan membuat jamuan mewah memotong onta. Sayangnya mereka seringkali setiap anak Yatim, orang miskin dan kaum papa meminta sepotong daging saja, dibentaknya.
Kehidupan borjuis, elitis, hedonis, dan pencitraan elit nasional ditengah krisis ekonomi Makkah, turunlah surat al Maun yang mengecam dan mengkritik dengan keras gaya hidup pejabat dan pemilik modal yang bangkrut nilai, tidak memiliki rasa empati, jauh dari sikap simpati dan sama sekali tidak peduli pada situasi sosial kaum lemah dan umumnya masyarakat.
Dalam mencermati gaya hidup flexing atau pamer kekayaan yang viral beberapa hari terakhir dapat dikatakan itu adalah awal dari gejala penyimpangan prilaku seperti yang dipraktek orang-orang kaya di masa jahiliyah. Flexing atau pamer dan sifat turunannya terjadi lebih disebabkan mereka merasa tidak mendapat pengakuan dalam komunitas. Bisa juga merupakan bawaan dari kepribadian iblis, yang sombong (aba wastakbara), merasa diri lebih baik dari orang lain (ana khairun minhun), mengaku mengalir padanya darah biru dan kebangaan semu sejenisnya.
Flexing adalah satu di antara karakter beragama yang palsu dan pemilik gaya hidup suka pamer dikatakan sebagai beragama yang bohong, sebagai surat al maun di awali dengan pernyataan araital lazi yukazibubiddin, lihatlah para pembohong dalam beragama dapat juga dengan beragama palsu.
Kontekstual surat al Maun sesungguhnya adalah bermakna kritik wahyu atau suara Tuhan tentang penyebab kegagalan sosial dan disebut beragama palsu atau bohong. Ada tiga kritik tajam yang terkandung dalam surat al Maun itu, pelakunya disebut pembohong (al kazib), dan sumber bencana (wailun). Ada tiga gaya hidup tercela, akhlak mazmumah yang dikritik oleh surat al-Maun.
1. ANTI SOSIAL DI TENGAH KESENJANGAN
Kehidupan perkotaan, (urban) yang lazimnya cendrung individualistis adalah pangkal runtuhnya spirit kehidupan komunitas (umat) dalam interaksi sosial tanpa sekat (ukhuwah). Islam hadir untuk merevolusi pola dan gaya hidup borjuis, individualis dan materialis, menjadi gaya hidup komunal, saling berbagi dan menempatkan kepentingan komunitas (umat) di atas kepentingan elit penguasa dan pengusaha pemilik kekayaan.
Pada bahagian awal surat al Maun, Allah swt mengecam keras, disebutkan sebagai orang beragama yang bohong, ketika anak yatim disia-siakan dan orang miskin tidak disantuni. Pengabaian terhadap anak yatim dan miskin yang disebut adalah indikasi dari kegagalan sosial kontrol atau disebut juga sebagai puncak gunung es dari gaya anti sosial yang diperlihatkan elit the have.
Kesenjangan ekonomi dan pendapat penduduk akan mudah di atasi bila kaum berpunya sadar pada tanggung jawab sosial melalui pintu filantropi Islam yang wajib dan sunnah. Kewajiban berzakat, wakaf, infaq, sadaqah, hibah dan pengeluaran atas dasar nash adalah instrumen utaman untuk menjembatani jurang si kaya dan miskin yang dapat mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial.
Alquran mengecam dengan tegas bahwa pangkal bala, musibah dan bencana ekonomi dan sosial adalah ketika kaum elit dan komunitas berpunya tidak memiliki rasa empati, lemah simpati dan mati rasa kepeduliannya sebagai kewajiban iman dan sosialnya. “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu).”(QS. Al-Isra’ 17: Ayat 16).
Beragama palsu itu dilekatkan pada kaum pemilik kekayaan yang tak mengeluarkan hak kaum lemah melalui zakat, dan pintu lain yang sudah melembaga. Angka kemiskinan yang tinggi, melebarnya jurang kaya miskin awalnya dari banyak pembohong dan mereka yang palsu imannya.
2. MEREMEHKAN PERIBADATAN
Kritik tajam kedua dalam surat al Maun adalah prilaku dan sikap mereka yang tidak memprioritaskan ibadah. Shalat sebagai induk ibadah ditempatkan tidak terlalu penting, sering dilupakan bahkan diabaikan. Melupakan dan melalaikan shalat (sahun) adalah pengundang bencana (wailun). Menjadikan shalat dan atau ibadah secara keseluruhan adalah perwujudan dari penghargaan terhadap esensi kemanusiaan sebagai hamba yang mesti loyal dan taat, (QS. Aldzariyat/51:556).
Begitu pula memprioritaskan ibadah dalam time table dan agenda kerja harian itu adalah cara terbaik beragama yang baik. Ibadah shalat itu perlu menjadi perhatian, sebab pelaksanaanya begitu terencana, sistimitik dan diurut sebagai ikhtiar pematangan insan. Berawal dari wuduk, kesucian fisik, dilakukan dengan khusyuk, dan sesuai waktu dan kaifiat yang baku, itu semua proses ibadah yang sarat nilai dan hikmah.
Alquran memerintahkan shalat itu mesti dibiasakan pada generasi muda guna mengurangi kesalahan dan kesesatan mereka, (QS. Maryam/19:59,). Shalat adalah media peranta yang efektif untuk mengeratkan hubungan manusia dengan khaliqnya, (QS. Thaha/20:14). Pesan yang hendak dituju disini bahwa meremehkan shalat berakibat buruk pada kualitas diri, karena ibadah adalah jati diri dan penanda keberimanan.
3. BERGAYA HIDUP MEWAH DAN PELIT
Bahagian akhir dari surat al Maun, Allah dengan terang benderang mengungkap bahwa gaya hidup riya, atau pamer dan pelit adalah prilaku buruk yang diancam dengan azab neraka (wailun). Sejak masa kaum kafir jahilyah sampai era penguasa jahiliyah moderan perangai mereka yang pamer kekayaan dan pelit itu seringkali seiring sejalan yang menimbulkan kehebohan di jagat kehidupan.
Realita menunjukkan era digital dengan perangkat media sosial yang luar biasa massifnya telah membawa mudarat besar bagi mereka yang memiliki prilaku menyimpang riya atau pamer kekayaan. Kaum selebritis yang hoby pamer kekayaan untuk mendapatkan simpati fans, tidak jarang menjadi bulan-bulanan nitizen ketika pamer barang brended yang kemudian mereka dibuly di medsos. Beberapa kasus belakangan ini justru isteri pejabat pemerintah yang suka pamer, flexing, berakibat dicobotnya jabatan suaminya.
Puasa hadir untuk mengembalikan kesadaran bahwa penguasaan terhadap material dan harta benda tidaklah baik jika tidak diikuti dengan memberikan hak-hak orang anak yatim, orang miskin dan mereka yang menderita. Keikhlasan untuk menyisihkan hak-hak orang lemah, atau kesadaran sosial dari pemilik harta adalah sarana untuk meneguhkan solidaritas sosial. Kehidupan kolektif akan terganggu bila kekayaan hanya berada ditangan orang-orang kaya saja.
Sejatinya kritik al-Maun mengingatkan setiap insan bahwa jati diri (fitrah) perlu diberi ruang untuk menutupi kemalasan dalam beribadah. Ibadah sulit dapat dilaksanakan dengan baik, bila jiwa suci tidak tumbuh dengan wajar dalam diri. Hati yang suci dapat dengan mudah menghadap khaliq yang Maha Suci. Perangai flexing atau suka pamer adalah fenomena bangkrutnya nilai iman dan kesadaran insaniah yang murni. Bersarangnya di hati sifat pelit adalah bahagian dari lemahnya pemahaman tentang makna hidup bersama yang membutuhkan sikap tolong menolong.
Semoga kritik Allah swt melalui surat al Maun ini dapat menjadi peringatan bagi shaimin dan shaimat dalam mencapai kualitas taqwa yang dituju oleh ibadah puasa. Taqwa membentuk hamba yang memiliki kesadaran sosial tinggi, hamba yang taat, dan menjadi hamba yang utuh lahir batin. Amin. (Kajian Ramadhan Masjid Raya Sumatera Barat, Rabu, 29 Maret 2023/8 Ramadhan 1444H).
Berita Terkait :
- Duski Samad : Politik Masjid dan Masjid Politik
- Duski Samad, Berdamai dengan Kesedihan
- Duski Samad : Konseling Religius Berbasis Nagari
- Duski Samad, Heboh Gala Adat
- Duski Samad, Berkemajuan Dalam Kemajemukan
duski duski duskiÂ
Facebook Comments