spot_img

Trip Report Palala e04 (2), Via Timur Tengah Solat Magrib di Bangko

SuhaNews – Kali ini berhenti di rumah makan Umega lebih lama dari biasanya, hal ini disebabkan bus Palala e04 yang penulis tumpangi harus mengantri solar di SPBU seberang rumah makan sebelum melanjutkan perjalanan via Timur Tengah menuju Jakarta.

0186 palala g

Sambil menunggu duo Palala mengisi minyak, penumpang dihibur oleh dendang minang. Meski cuma diiringi alat musik sederhana ditangannya, suara wanita paruh baya ini memikat penumpang yang duduk berjejer di depan rumah makan.

Ini salah satu khas rumah makan Umega sejak dulu, ada hiburan tradisional. Jika malam ada rabab atau saluang dendang yang memukau pengunjung hingga merogoh kocek dan menarok di kardus yang ada didepannya.

Sementara penulis menyalurkan hobi hunting bus, selain memotret bus yang parkir di depan rumah makan, juga bus yang melintas menuju Jakarta. Diantara MPM, RAPI, Medan Jaya.

Usai solat Magrib perjalanan kembali dilanjutkan melintasi kota Singkut. Tak banyak yang bisa dilihat diluar karena kaca yang buram akibat embun.

Baru Pukul 15.20 WIB bus Palala e04 aka Kasiko bergerak meninggalkan rumah makan legendaris perantau Minang ini. Di depan bus Palala e06 sudah lebih dulu menjajal Lintas Sumatera.

Mulusnya jalan Lintas Sumatera dikawasan Gunung Medan hingga Koto Baru ini membuat bus melaju kencang, hingga rencana penulis untuk mengabadikan Masjid Agung Islamic Center Dharmasraya tak memberikan hasil maksimal, karena memotret dari dalam bus melaju disertai kaca bus yang buram akibat debu jalanan.

Begitu juga saat melintas di depan rumah makan Mutia Putri Mulia yang juga tempat istrirahanya bus MPM, selain bus kencang juga penumpang duduk disisi kanan, sehingga sulit mengambil momen di sebelah kiri.

Tak butuh waktu lama bagi bus ini untuk sampai di perbatasan Sumbar Jambi, pukul 15.58 WIB bus berwarna Silver ini melintasi tapal batas di ujung nagari Sungai Rumbai.

Salah satu spot yang jadi perhatian penulis tiap kali melewati daerah ini adalah pabrik karet di pinggir sungai yang masuk dalam kawasan Jujuhan kabupaten Bungo propinsi Jambi.

BACA JUGA  Tinggalkan Aston Villa, Jhon Duran Menjadi Rekan Cristiano Ronaldo di Al Nassr

Baca Juga :

Sekarang sudah ada dua jembatan disini, sehingga kendaraan tak perlu mengantri, namun kondisi jalan yang “keriting” di turunan menjelang jembatan membuat bus sedikit bergetar.

Yang menarik, didepan pabrik karet tersebut ada mesin gilas jadul yang terparkir sejak lama. Sepertinya dijadikan monumen pembangunan jalan Lintas Sumatera yang menjadi urat nadi ekonomi pulau Sumatera. Namun pada perjalanan Senin (30/1) sore tersebut, ada truk yang mungkin angkutan pabrik terparkir disana sehingga monumen mesin gilas itu terhalang.

0186 palala a

Satu jam melaju dari batas propinsi, dua bus Palala yang jalan beriringin sudah masuk terminal Muaro Bungo yang sore itu terlihat sepi. Hanya ada satu bus yang terparkir di dalam terminal. Begitu juga para konten kreator yang biasanya ramai juga tidak terlihat.

Saat penulis menghubungi salah satu youtuber pemilik akun Yudi Kota Lintas Chanel, dijawabnya kalau ia sedang tugas negara seraya menyebut, hari ini bus Sumbar masuk lebih awal. Kalau saja tidak mengantri Solar pasti lebih cepat lagi masuk terminal Muaro Bungo.

Tak hanya itu, pedagang asongan yang biasanya banyak menjajakan aneka kue dan minuman juga tak terlihat. Hanya ada satu pedagang yang naik ke bus Palala e04 menawarkan tahu, kacang dan aneka kerupuk dengan harga rata-rata lima ribu rupiah per bungkusnya.

Keluar dari terminal Muaro Bumgo bus melaju lurus melewati pusat kota. Tidak belok kiri menuju Muaro Tebo seperti biasa. Bus Palala memilih rute Timur Tengah yang artinya menggabungkan rute lintas tengah dan lintas timur.

BACA JUGA  Mau Liburan ke Jakarta, Ini Pilihan Bus dari Sumbar dan Kelas Layanannya

Jika sebelumnya rute lintas timur dari kota Muaro Bungo belok kiri menuju Muaro Tebo, Muaro Tembesi, Muaro Bulian terus ke Tempino. Namun karena jalan tersebut rawan macet yang disebabkan angkutan batu bara, maka PO. Palala dan beberapa bus lainnya memilih rute tengah sebagian.

Rute tengah ini dari Muaro Bungo terus ke Bangko, Singkut dan Lubuk Linggau. Baru dari Muara Beliti bus akan menuju Palembang via Sekayu, rute yang menarik penulis karena belum pernah lewat jalur ini.

Sebelumnya kalau lintas tengah ini dari Lubuk Linggau ke Lahat terus Bukit Kemuning – Kota Bumi menuju Lampung lanjut ke Bakauheni via Bandar Jaya dan Kalianda.

Jalan dari Muaro Bungo ke Bangko yang banyak trek lurus ditempuh dengan kecepatan yang lumayan, hanya di beberapa bagian ada kerusakan ringan yang menimbulkan getaran ke dalam bus.

Saat melewati keramaian kota Bangko, waktu Magrib masih belum masuk. Sehingga bus terus melaju melewati pusat kota. Terlihat kota Bangko yang ramai dengan anak-anak muda serta tempat nongkrong dan jajanan kuliner dengan konsep kekinian di sepanjang jalan. Ada juga bantaran sungai yang ditata warna-warni dijadikan tempat wisata dan spot foto.

Satu yang menarik melewati kota ini, sebagai bismania yang jadi perhatian penulis adalah kantor pusat Po. Family Raya Ceria yang terletak ditengah kota sebelah kanan dari Muaro Bungo.

Rumah Makan yang juga pemilik PO Bus yang melayani trayek dari Pesisir Selatan hingga Jogjakarta ini sedang sepi, belum ada bus yang singgah untuk istirahat.

0186 palala c

Tepat azan magrib berkumandang, kedua bus Palala ini berhenti disalah satu masjid yang berada di sisi kiri jalan dan memiliki area parkir cukup luas. Awak bus mempersilahkan penumpang untuk salat.

BACA JUGA  MTQ Kecamatan X Koto Diatas Digelar 25 Maret

Tak hanya penumpang, pengemudi pun ikut solat berjamaah bersama penumpang dan jamaah masjid tersebut. Suatu pemandangan yang menyejukan hati.

0186 palala d

Usai Magrib, salah satu penumpang mengajak jamak Isya, para penumpang bergabung membuat saf dibelakang pak haji ini, termasuk pengemudi yang ikut solat Magrib tadi, dan jamaah masjid yang masyarakt setempaat bergeser dan memberi ruang untuk para musafir ini menjamak kewajiban lima waktunya..

Saat penulis posting ini di grup facebook Palalafans mendapat respon positif dari netizen, yang mengapresiasi pelayanan awak bus pada penumpang untuk melaksanakan solat serta awak bus yang juga ikut solat berjamaah.

Usai solat Magrib perjalanan kembali dilanjutkan melintasi kota Singkut. Tak banyak yang bisa dilihat diluar karena kaca yang buram akibat embun.

Disela embun malam terlihat kerlip lampu toko dan rumah hampir disepanjang jalan, begitu juga sebuah pemandangan indah saat melintas jembatan dikota kecil, di kejauhan ada jembatan yang dipasangan lampu LED warna Warni sehingga terlihat seperti air mancur warna warni.

Ingin melihat sembari bernostalgia pemandangan antara Singkut dan Lubuk Linggau sembari melihat rumah makan Budi Setia yang dulunya jadi tempat istirahat PO. NPM namun dikabarkan sudah tutup, penulis pun tertidur karena sejuknya AC bus ini.

Terbangun saat bus sudah berhenti di rumah makan Simpang Raya Lubuk Linggau pada pukul 21.50 WIB, ketika crew menghidupkan lampu kabin. Fendi

Bersambung

Berita Terkait :

Facebook Comments

Google News